
PENDAHULUAN
Usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor utama
yaitu pakan, bibit dan pengelolaan. Penyediaan pakan merupakan salah satu
faktor penentu dalam mendukung perkembangan usaha peternakan. Masalah utama
yang dihadapi dalam penyediaan pakan adalah kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas. Usaha untuk mendapatkan penyediaan hijauan yang jumlahnya cukup, harus dilakukan pengelolaan yang baik seperti pengolahan tanah, teknik pemupukan, pergiliran tanaman dan interval defoliasi. Identifikasi genus atau spesies hijauan pakan menjadi semakin penting
untuk diakukan mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan
ternak khususnya ruminansia. Identifikai hijauan pakan khususnya rumput dapat
dilakukan berdasarkan tanda-tanda atau karakterisitk vegetatif. Secara umum
rumput pakan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu rumput potong dan rumput
gembala, sedangkan legum dapat dibedakan menjadi legum pohon dan legum rambat.
Tujuan
dari praktikum pengenalan jenis tanaman pakan adalah agar
mengenali dan memahami tentang
karakteristik jenis-jenis rumput dan legum pakan, serta mampu mengenali ciri
khas masing-masing jenis hijauan pakan. Manfaat dari praktikum ini adalah kita
dapat membedakan masing-masing jenis rumput maupun legum, sehingga dapat memberikan
pakan yang berkualitas bagi ternak.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Graminieae (Rumput)
Sumarsono (2002), menyatakan bahwa rumput atau graminae mempunyai taksonomi sebagai
berikut:
Filum :
Spermatophyta/Anthopita
Sub filum :
Angiospermae
Kelas :
Monocotiledoneae
Ordo :
Glumifora
Familia :
Gramineae
Sub- familia :
Panicoideae
Tribus :
Paniceae, eragrosteae, chloroideae, andropogoneae.
Genus :
Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum
Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus
hidup annual dan perenial. Rumput
mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun, tanaman dengan batang
merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi batang tumbuh
ke atas dan rumpun membelit.
2.1.1. Setaria sphacelata (Rumput Setaria)
Rumput
setaria merupakan rumput potong yang tumbuh tegak membentuk rumpun dengan
tinggi 1 m. Rumput ini tahan terhadap genangan air dengan hasil hijauan segar
sebanyak 100-110 ton/ha/tahun (satu kali pemotongan dengan interval 45 hari
adalah 12,50–13,75 ton/ha) (Rukmana,
2005). Nilai gizi yang terkandung dalam rumput lampung
ini adalah protein kasar 6-7%, serat kasar 42,0%, BETN (Bahan Ektrak Tanpa
Nitrogen) 36,1%, dan lemak 2,8%. Rumput setaria digunakan untuk padang
penggembalaan, karena tahan injakan. Bentuk umum dari rumput ini adalah bentuk
daun agak lebar, halus dan lemas pada permukaan atasnya terutama dekat batang,
daunnya agak lunak, pangkal batangnya berwarna kemerah-merahan dan bunganya
tersusun dalam tandan yang berwarna coklat keemasan (Reksohadiprodjo, 1985).
2.2.
Leguminoceae
(Legum)
Menurut Sumarsono (2002) bahwa umumnya legum pakan termasuk ke dalam sub
famili Papilionacea, memiliki siklus hidup Annual, Biennial, Perennial.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa leguminose mempunyai taksonomi sebagai berikut:
Filum : Spermatophyta/Anthopita
Sub filum : Angiospermae
Kelas : Dicotiledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Sub- famili : Papilionaceae (Papilionadeae),
Mimosaceae
(Mimosa), Caesalpiniaceae
(Caesalpiniadeae).
Genus : Pueraria
Spesies : Pueraria phaseloides
Legum termasuk
dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji/cotyledone (Susetyo,
1985). Menurut Soegiri et al. (1982) bahwa famili legum dibagi menjadi
tiga group sub famili, yaitu: mimisaceae, tanaman kayu dan dan herba
dengan bunga reguler; caesalpinaceae, tanaman kayu dan herba dengan
bunga irreguler dan papilionaceae, tanaman kayu dan herba ciri khas
berbentuk bunga kupu-kupu, kebanyakan tanaman pakan ekonomi penting termasuk
dalam papilionaceae. Legum yang ada mempunyai siklus hidup
secara annual, binial atau perennial.
2.2.1. Centrosoma pubescen (Sentro)
Tanaman sentro merupakan jenis legum yang berasal dari Amerika Selatan dan
dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian 0-1000 m (Reksohadiprodjo,
1985). Tanaman ini merupakan tanaman
tahunan, berdaun lebat, rebah dan menjalar.
Sentro mudah ditanam dengan biji.
Kebutuhan biji 4-6 kg/ha, mudah terjadi regenerasi. Biasanya ditanam bersama Cynodon, Chloris,
Melius, Panicum androposon dan Penisetum sp (Mcllroy, 1977).
Daun-daun sentro adalah trifoliat dan lebih runcing bila dibandingkan
dengan daun-daun legum puero atau
kalopo. Sentro di gunakan sebagai pencegah erosi
dan penutup tanah, biji–bijinya akan masak setelah ditanam umur 9 atau 12 bulan
dihitung mulai dari ditanamnya (Reksohadiprojo, 1985). Sentro merupakan salah
satu legum berumur panjang, tumbuh menjalar, memanjat, membelit, batang
berbulu, tidak berkayu, berdaun tidak pada setiap tangkai daun, helai daun
berbentuk oval agak ellips, disukai ternak dan tahan terhadap penggembalaan
berat, serta kaya zat protein dan mineral (Soegiri et al.,1982).
2.2.2. Calopogonium mucunoides (Kalopo)
Kalopo merupakan tanaman legum yang berasal dari Amerika Selatan yang dapat
menjadi tanaman penutup tanah, tanaman sela dan tanaman pemberantas herba
(Soegiri et al.,1982). Kalopo mempunyai ciri-ciri
berbentuk semak, batang lembek dan menjalar di atas permukaan tanah (Susetyo,
1985).
Batang dan daun yang masih muda berbulu, berbentuk bulat, setiap tangkai
terdiri dari tiga daun tapi tanaman ini kurang disukai ternak karena bulu yang
banyak (Reksohadaiprodjo,1985). Tanaman kalopo merupakan tanaman yang bersifat
annual, manjalar, beradaptasi di tanah basah. Menutup tanah dengan daun-daunnya yang lebat dan biji-biji yang
dapat tumbuh dengan sendirinya, ditanam bersama-sama rumput (Mcllroy, 1977).
2.2.3. Pueraria phaseloides (Puero)
Legum jenis puero disebut juga kudzu tropik berasal dari Asia bagian timur
dan Kepulauan Pasifik dengan sifat membelit, merambat dan dapat membentuk semak
yang rimbun (Reksohadiprodjo, 1985). Batang dan daunnya berbulu padat dan
panjang, daun tersusun majemuk dan helai berbentuk bulat telur lebar serta
bunga berwarna ungu kebiruan (Soedomo, 1985). Ciri-ciri tanaman ini adalah
membelit, merambat, dapat membentuk semak yang rimbun dengan perakaran yang
kuat dengan pokok akar yang disebut mahkota crown.
Beberapa spesies digunakan terutama untuk mencegah erosi, sebagai penutup
tanah, untuk makanan ternak hay
tanaman padang. Puero memiliki batang kuat dan memiliki bulu (Reksohadiprodjo,
1985).
2.2.4. Gliricidia
sepium (Gamal)
Tanaman gamal berasal dari kawasan pantai Pasifik
Amerika Tengah yang kering bermusim, dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian
dari permukaan laut hingga 1200 m. Sifat dari tanaman gamal diantaranya adalah
daun gamal mengandung 3-5%N, 13-30% serat kasar, kualitas hijauannya bervariasi
dengan usia. Tanaman gamal bersiklus perennial, sifat perakaranya adalah primer
dan sekunder, memiliki batang basal, helai daun berbentuk elips dengan ukuran
panjang 8 cm dan 6 cm (Mcllroy, 1977). Ciri-ciri dari tanaman ini diantaranya
adalah pohonnya meranggas yang tingginya mencapai 12 m, batang pendek, daunnya
berseling, menyirip, warnanya kuning hijau dan berambut halus (Soegiri et al.,
1982). Ekologi dalam kawasan hidup asal gamal, iklimnya relatif seragam agak
lembab dengan curah hujan 900-1500 mm, gamal toleran terhadap beraneka ragam
tanah, baik yang alkali, maupun yang asam, daunnya akan diluruhkan dengan
mulainya suhu rendah selama semusim (Reksohadiprodjo, 1985).
2.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)
Lamtoro
(Leucaena leucocephala) merupakan jenis legum yang berasal dari Amerika Tengah (Mexico) dan Amerika
Selatan dengan bahan penanaman berupa biji. Tanaman ini dapat beradaptasi baik
pada jenis tanah sedang sampai berat, dengan ketinggian 700-1200 m diatas
permukaan air laut, suhu 20-30 0C dengan curah hujan 700-1650
mm/tahun. Ciri-ciri tanaman lamtoro antara lain tidak berduri, daun-daunnya
berkarang merupakan daun majemuk, tangkai keras merupakan batang perkayuan yang
memiliki akar tunggang, bunga berbentuk bola warna putih kekuningan atau merah
muda (Soedomo, 1985).Pemotongan lamtoro dapat dilakukan pada saat berumur 6-9
bulan sesudah biji ditanam dengan meninggalkan pangkal batang setinggi 1m dari
tanah, kemudian pemotongan selanjutnya dapat dilakukan setiap 4 bulan sekali.
Lamtoro sebagai tanaman pakan ternak,jumlah nutrisi yang terkandung didalamnya merupakan saingan bagi
alfafa. Sebab disamping banyak kandungan gizi, lamtoro yang masih muda memiliki
tingkat kecernaan yang tinggi (Mcllroy, 1977).

MATERI DAN METODE
Praktikum
Ilmu Tanaman Pakan dengan acara Pengenalan Jenis Hijauan Pakan dilakukan pada tanggal 9 April 2012 sampai tanggal 21 Juni 2012 pukul 15.00-17.00 WIB
di Lahan Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Semarang.
3.1. Materi
Materi
yang digunakan yaitu Setaria sphacelata (Rumput Setaria).
Centrosema pubescens (sentro), Calopogonium mucunoides (kalopo), Pueraria phasealoides (puero), Leucaena
leucocephala (lamtoro), dan
Gliricidia sepium (gamal). Alat
yang digunakan adalah alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
3.2.
Metode
Menyiapkan
macam-macam tanaman pakan (rumput dan legum) lengkap dengan bagian-bagiannya.
Membuat gambar pada kertas, lengkap dengan ciri-ciri tanaman hijauan rumput dan
legum yang telah diamati, pada kertas yang sudah disediakan. Memberikan
keterangan masing-masing bagian dan sistematikanya.

HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Gramineae (Rumput)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dapat digolongkan rumput adalah Pennisetum
purpureum(Rumput Gajah), Pennisetum purpupoides (Rumput Raja), Panicum
maximum(Rumput Benggala), Brachiaria brizantha (Rumput Brachiaria), Setaria sphacelata (Rumput
Setaria), Brachiaria
decumbens (Rumput Signal).
4.1.1. Setaria sphacelata (Rumput Setaria)
Hasil pengamatan terhadap
rumput setaria adalah sebagai berikut:
![]() |

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Sumber: Tropical
Forages
Tanaman
Pakan, 2012.
Ilustrasi 1. Setaria sphacelata (Rumput
Setaria)
Berdasarkan
hasil pengamatan ciri-ciri rumput setaria antara lain batang bagian bawah
berwarna merah, berakar serabut, daun berhelai dan agak
lebar serta batangnya tipis. Hal ini sesuai dengan pendapat Reksohadaiprodjo (1985) bahwa bentuk umum dari rumput ini adalah bentuk daun agak lebar, halus dan
lemas pada permukaan atasnya terutama dekat batang, daunnya agak lunak, pangkal
batangnya berwarna kemerah-merahan dan bunganya tersusun dalam tandan yang
berwarna coklat keemasan. Rumput setaria merupakan tipe rumput potong dengan
tinggi 1 m, rumput setaria juga bisa digunakan sebagai rumput gembala.Rumput
setaria membentuk rumpun dan tahan genangan air. Menurut Rukmana (2005) bahwa
rumput setaria merupakan rumput potong yang tumbuh tegak membentuk rumpun
dengan tinggi 1 m. Rumput ini tahan terhadap genangan air dengan hasil hijauan
segar sebanyak 100-110 ton/ha/tahun (satu kali pemotongan dengan interval 45
hari adalah 12,50–13,75 ton/ha).
4.2.
Legum
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dapat digolongkan legum adalah Centrosoma pubescen (Sentro),
Calopogonium mucunoides (Kalopo), Pueraria phaseloides(Puero), Gliricidia sepium (Gamal), Leucaena leucocephala (Lamtoro), berikut penjelasannya.
4.2.1. Centrosoma pubescen
(Sentro)
Hasil pengamatan pada tanaman sentro adalah sebagai berikut:


Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Sumber: Tropical Forages
Tanaman
Pakan, 2012.
Ilistrasi
2. Centrosoma
pubescen (sentro)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sentro (Centrosema
pubescen) memiliki ciri-ciri berdaun lebat dan menjalar, batangnya berbulu
dan kecil, tidak berkayu dan helai daun berbentuk oval agak elips. Hal ini sesuai dengan pendapat Mcllroy (1977) bahwa sentro merupakan tanaman
tahunan, berdaun lebat, rebah dan menjalar.
Sentro mudah ditanam dengan biji. Biasanya ditanam bersama Cynodon,
Chloris, Melius, Panicum androposon dan Penisetum sp. Menurut Soegiri et al. (1982) bahwa sentro merupakan salah
satu jenis legum berumur panjang, tumbuh menjalar, memanjat, membelit, batang
berbulu, tidak berkayu, berdaun tidak setiap tangkai daun, helai daun berbentuk
oval agak elips.
4.2.2. Calopogonium mucunoides (Kalopo)
Hasil pengamatan terhadap tumbuhan kalopo adalah sebagai
berikut:


Sumber:
Data Primer Praktikum Sumber:
Tropical Forages.
Ilmu Tanaman Pakan, 2012.
Ilustrasi 3. Calopogonium mucunoides (kalopo)
Berdasarkan
hasil pengamatan pada kalopo (Calopogonium mucunoides) memiliki ciri-ciri sebagai berbentuk semak,
memiliki batang yang lembek,
batang dan daun yang masih muda berbulu, berbentuk bulat, setiap tangkai
terdiri dari tiga daun. Hal ini
sesuai dengan pendapat Susetyo
et al. (1985) bahwa kalopo merupakan tanaman berbatang lembek yang
setiap tangkainya terdiri dari tiga daun dan berbentuk semak serta mempunyai
bulu yang banyak. Menurut
Reksohadiprodjo (1985) bahwa kalopo berasal dari Amerika Selatan, tingginya
bisa mencapai 30-35 cm. Batang dan daun yang masih muda berbulu, berbentuk
bulat, setiap tangkai terdiri dari tiga daun tapi tanaman ini kurang disukai
ternak karena bulu yang banyak.
4.2.3. Pueraria phaseoloides (Puero)
Hasil pengamatan terhadap tumbuhan puero adalah sebagai berikut:
![]() |
![]() |
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Sumber: Tropical Forage.
Tanaman Pakan, 2012.
Ilustrasi
4. Pueraria
phaseoloides (puero)
Berdasarkan hasil
pengamatan pada puero (Pueraria
phaseloides) memiliki ciri-ciri batangnya menjalar, daunnya berbulu dan
helai daunnya berbentuk bulat telur.Hal ini sesuai dengan pendapat Soedomo
(1985) yang menyatakan bahwa puero merupakan tanaman yang mempunyai perakaran
yang kuat yang batang dan daunnya berbulu padat dan panjang serat daun yang
tersusun majemuk dan helai berbentuk bulat telur. Menurut Reksohadiprodjo (1985) bahwa ciri-ciri puero ini adalah membelit,
merambat, dapat membentuk semak yang rimbun dengan perakaran yang kuat dengan
pokok akar yang disebut mahkota crown.
4.2.4. Gliricidia sepium (Gamal)
Hasil pengamatan tehadap daun gamal adalah sebagai
berikut :
![]() |
||||
Sumber: Data Primer Praktikum Sumber: Tropical Forage.
Ilmu Tanaman Pakan, 2012.
|
Ilustrasi 5. Gliricidia sepium (gamal)
Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap gamal, diperoleh ciri-ciri gamal adalah batang
pendek, daunya banyak, menyirip, warnanya kuning hijau, dan berambut halus. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Soegiri et al. (1982)
bahwa gamal merupakan pohon meranggas yang tingginya mencapai 12 m dan
mempunyai batang yang pendek, berdaun seling dan menyirip, berwarna hijau dan
berambut halus. Tumbuhan ini juga memiliki helaian daun yang tipis dan
bentuknya lonjong. Hal ini sesuai dengan pendapat Mcllroy (1977) bahwa tanaman gamal bersiklus
perennial, sifat perakarannya adalah primer dan sekunder, memiliki batang
basal, helai daun berbentuk elips dengan ukuran panjang 6 cm sampai 8 cm.
4.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)
Hasil pengamatan terhadap
tumbuhan lamtoro adalah sebagai berikut:
![]() |

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Sumber: Tropical Forage.
Tanaman Pakan, 2012.
Ilustrasi 6. Leucaena leucocephala
(Lamtoro)
Berdasarkan
hasil pengamatan ciri-ciri tanaman lamtoro antara lain tidak berduri,
daun-daunnya banyak dan kecil, bunga berbentuk bola berwarna merah muda. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa ciri-ciri
tanaman lamtoro antara lain tidak berduri, daun-daunnya berkarang merupakan
daun majemuk, tangkai keras merupakan batang perkayuan yang memiliki akar
tunggang, bunga berbentuk bola warna putih kekuningan atau merah muda.Lamtoro merupakan saingan dari alfafa karena nutrisi yang terkandung
hampir sama dengan alfafa dan lamtoro yang masih muda memiliki tingkat
kecernaan yang tinggi.

KESIMPULAN
Hijauan
pakan yang diberikan kepada ternak digolongkan menjadi dua yaitu kelompok legum
dan rumput. Jika diamati dari bentuk fisik, kelompok legum memiliki ciri umum
yaitu batangnya diliputi rambut dengan buku dan ruas menyatu, daun trifoliate
(3 helai daun tiap tangkai daun), bunga berbentuk tandan, dan biji dalam
polong. Sedangkan untuk kelompok rumput memiliki ciri umum yaitu daunnya lambat
mengayu, batangnya silindris berbuku dan beruas dengan sifat padat dan
memperkuat, bunga tumbuh pada akhir batang batang utama.
Saran yang dapat kami sampaikan adalah bahwa pada saat
kita akan memberikan pakan kepada ternak agar tidak terlalu banyak memberikan
daun lamtoro dan daun gamal dikarenakan jenis legum tersebut mengandung zat
anti nutrisi, sehingga praktikum pada pengenalan jenis pakan membantu dalam
pemilihan jenis pakan yang baik untuk diberikan kepada ternak.
Endang,
S. 2009. Hijauan Pakan Ternak. http://nusataniterpadu.wordpress.com (Diakses pada hari Senin tanggal 16 Mei 2011
pukul 10.00 WIB).
Federick,
H. 2009. Beautyof Fauna and Flora In Nature. http://peacockroyal.blogspot.com (Diakses pada hari Senin tanggal 16 Mei 2012
pukul 10.00 WIB).
Mannetje. 2000. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara.
PT Balai Pustaka, Jakarta.
Mcllroy, R.J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya
Paramitha, Jakarta.
Miles, J.W., Maass, B.L.
and do Valle, C.B. (eds) (1996) Brachiaria: Biology, Agronomy
and Improvement. Joint publication by CIAT, Cali, Colombia and Embrapa CNPGC, Campo
Grande, MS, Brazil.
Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Biji Legume dan Makanan Ternak Tropik.
BPFE UGM, Yogyakarta.
Soedomo, R. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak
Tropik. PT Gramedia, Jakarta.
Soegiri, J. H. S. Ilyas dan Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Hijauan
Makanan Ternak Tropis. Direktorat
Bina Produk Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian,
Jakarta.
Sumarsono. 2002. Ilmu Tanaman dan Makanan
Ternak. Program Semi Que IV Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS:
Indonesia.
Susetyo, S. 1985. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakn Departemen
Pertanian, Jakarta
Sutopo, L. 1988. Bercocok Tanam. CV Rajawali, Jakarta.
Thomas, D. and Grof, B.1986. Some pasturespecies
for the tropical savannas of South America. III. Andropogon
gayanus, Brachiaria species and Panicum
maximum. Herbage Abstracts Vol: 56hal: 557-565.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar