LAPORAN
PRAKTIKUM
MANAJEMEN PENETASAN

Disusun oleh:
Kelompok IIA
Rahmah Dwi
Shafrina 23010111120003
Raden Reza
Prathama 230101111200
Samatha Dana
Paramita 23010111120018
Sri Irianing 23010111120023
Yulina Rosowati 230101111200
Arif Nurrohman 23010111120050
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan populasinya dengan cara yang berbeda. Upaya yang
dilakukan ternak unggas untuk mempertahankan populasinya dengan cara menetaskan
telurnya. Telur tersebut ditetaskan baik secara alami maupun buatan hingga
melahirkan individu baru.
Penetasan merupakan proses
perkembangan embrio di dalam telur sampai dengan telur menetas. Penetasan dapat
dilakukan secara alami dengan dierami oleh induk sedangkan penetasan buatan dapat
menggunakan kotak-kotak dengan cara tradisional dengan menggunakan panas dari
lampu pijar atau menggunakan sinar matahari langsung, atau dengan menggunakan mesin modern.
Telur merupakan bekal anak dan
mengandung sejumlah bahan makanan lezat untuk pertumbuhan calon anak digemari
makhluk lain. Lezatnya telur sebagai bahan makanan menyebabkan manusia terus
mencari hingga ke hutan belantara. Penyebab itu yang mendasari pengembangan
bangsa unggas yang bertelur agar telurnya dapat dijadikan bibit kembali atau
dikonumsi dan dagingnya dapat dipotong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam petelur
Ayam liar atau ayam hutan yang ada memang sudah dipelihara
oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu sebagai bagian dari kehidupan
mereka yang memang saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Umumnya ayam
dimanfaatkan sebagai ayam pedaging setelah habis masa produktifnya bertelurnya
(Rasyaf, 2008).
2.2. Itik
Menurut
sejarah, nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara. Nenek moyang itik ini
merupakan itik liar (Anas moscha)
atau wild mallard. Itik liar
selanjutnya dijinakkan oleh manusia sehingga menjadi itik yang dipelihara oleh
manusia sampai sekarang yang disebut Anas
domesticus (Suharno dan Amril 1996). Jenis-jenis itik yang dikembangkan di
Indonesia dinamakan sesuai dengan tempat pembudidayaannya antara lain itik
tegal, itik alabio, itik mojosari, itik magelang, itik bali dan itik karawang
atau itik Cirebon (Mulyono, 2003).
2.3. Penetasan
Penetasan
merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah
menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam
atau secara buatan menggunakan mesin tetas. Keberhasilan penetasan buatan
tergantung banyak faktor antara lain telur tetas, mesin tetas dan tata laksana
penetasan (Suprijatna et al., 2005).
Penetasan telur ayam dapat dilakukan secara alami menggunakan induk ayam buras
atau unggas lainnya maupun secara modern menggunakan mesin tetas (Cahyono,
2007).
2.3.1. Penetasan alami
Menetaskan
telur dengan induk, umumnya disebut pengeraman secara alami. Penetasan alami
hanya terjadi pada ayam dan wallet, untuk itik dan puyuh tidak dilakukan oleh
induknya melainkan seleksi oleh alam (Paimin, 2011). Secara alami telur dierami
oleh induknya untuk ditetaskan. Persiapan dan perhatian yang diperlukan untuk
penetasan alami adalah sarang pengeraman. Bentuk sarang pengeraman mempengaruhi
daya tetas telur (Cahyono, 2007).
2.3.2. Penetasan buatan
Menetaskan
telur dengan alat tetas buatan dilakukan bila ingin memperoleh anak-anak ayam,
itik, puyuh maupun wallet dalam jumlah banyak. Prinsipnya penggunaan alat
buatan merupakan tiruan dari sifat-sifat alamiah unggas saat mengeram (Paimin,
2011). Prinsip kerja mesin penetasan
telur adalah menggantikan sumber panas dari induk hewan. Cara ini menuntut
ketelitian dalam mengontrol temperatur ruang mesin tetas. Sebagai sumber panas
dapat menggunakan lampu minyak tanah dan listrik (Cahyono, 2007).
2.4. Telur tetas
Ayam
yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umunya tidak memakai pejantan
dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi. Berbeda dengan ayam
petelur yang dipelihara untuk tujuan penghasil telur tetas, di dalam kandang
perlu ada pejantan. Hal ini dimaksudkan agar telur yang dihasilkan dapat
dibuahi atau fertil karena telur yang steril tidak akan menetas (Kartasudjana
dan Suprijatna, 2006). Telur tetas merupakan telur fertil atau telah dibuahi,
dihasilkan dari peternakan ayam pembibit bukan dari peternakan ayam petelur
komersial yang digunakan untuk ditetaskan (Suprijatna et al., 2005).
2.5. Jenis-jenis alat tetas buatan
2.5.1. Alat tetas konvensional
Alat
tetas konvemsional merupakan alat penetas yang menggunakan sumber panas
matahari dengan penyimpanan panas berupa sekam (Paimin, 2011).
2.5.2. Mesin tetas
Mesin tetas merupakan sebuah peti
atau lemari dengan konstruksi yang dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ada di dalamnya tidak terbuang. Suhu yang ada di dalam ruangan mesin tetas
dapat diatur sesuai dengan ukuran derajat panas yang dibutuhkan selama periode
penetasan. Mesin tetas yang banyak digunakan saat ini merupakan mesin tetas
tipe basah dengan pemanas listrik, minyak tanah atau kombinasi yang di dalam
ruangannya terdapat udara panas, baik tipe kotak atau tipe kabinet (Paimin,
2011). Mesin tetas berfungsi mengganti peran induk unggas dalam penetasan telur
untuk menghasilkan anak unggas. Cara kerja mesin tetas pada prinsipnya meniru
induk unggas pada waktu mengerami telurnya. Untuk menciptakan kondisi yang
ideal seperti pada penetasan alami harus diperhatikan panas atau temperatur,
kelembaban dan sirkulasi udara dalam ruang mesin tetas (Suprijatna et al., 2005).
BAB III
MATERI METODE
Praktikum
Manajemen Penetasan dengan materi Pengamatan Telur Tetas Pada Mesin Tetas
Tradisional dan Modern dilakukan pada hari Jum’at tanggal 1 November 2013 pukul
10.00-12.00 WIB dilaksanakan di Penetasan Tradisonal Desa Krasak, Kagokan,
Sukoharjo dan Penetasan Modern Tirto Hartono.
3.1. Materi
Materi
yang digunakan adalah alat tulis untuk mencatat informasi yang diberikan
peternak, kamera untuk dokumentasi, mesin tetas tradisional dan modern untuk
pengamatan telur tetas.
3.2. Metode
Metode yang dilakukan adalah
pengamatan yang terjadi pada telur yang ada pada mesin tetas tradisional dan
modern. Mencatat informasi yang diberikan peternak mengenai suhu dan kelembaban
yang diatur, peneropongan telur yang fertil dan non fertil, pemutaran telur dan
penanganan telur.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2007. Sukses
Beternak Pembibitan Ayam Buras. Pustaka Mina, Jakarta.
Kartasudjana, R. dan
Suprijatna, E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Depok.
Kartasudjana, R., 2001. Penetasan Telur. Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta
Mulyono. 2003.
Beternak Itik Tanpa Air. Redaksi Agromedia, Tangerang.
Nurhadi, I., dan Puspita, E. 2000. Rancangan Bangun
Mesin Penetas Telur Otomatis. ITS, Surabaya.
Paimin, F.B.
2011. Mesin Tetas. Penebar Swadaya, Depok.
Rasyaf, M. 2008.
Panduan Betrenak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Depok.
Suharno, B. dan K. Amri.
1996. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya, Depok.
Suprijatna, E., Umiyati A. dan Ruhayat, K. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Depok
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar