Minggu, 23 November 2014

Laporan Praktikum Penetasan Field trip to Yogyakarta



LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN PENETASAN




logo-undip.jpg














Disusun oleh:
Kelompok IIA

Rahmah Dwi Shafrina                        23010111120003
Raden Reza Prathama                        230101111200
Samatha Dana Paramita         23010111120018
Sri Irianing                               23010111120023
Yulina Rosowati                       230101111200
Arif Nurrohman                      23010111120050












FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
            Setiap makhluk hidup memiliki kecenderungan untuk mempertahankan populasinya dengan cara yang berbeda. Upaya yang dilakukan ternak unggas untuk mempertahankan populasinya dengan cara menetaskan telurnya. Telur tersebut ditetaskan baik secara alami maupun buatan hingga melahirkan individu baru.
            Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai dengan telur menetas. Penetasan dapat dilakukan secara alami dengan dierami oleh induk sedangkan penetasan buatan dapat menggunakan kotak-kotak dengan cara tradisional dengan menggunakan panas dari lampu pijar atau menggunakan sinar matahari langsung, atau dengan  menggunakan mesin modern.
            Telur merupakan bekal anak dan mengandung sejumlah bahan makanan lezat untuk pertumbuhan calon anak digemari makhluk lain. Lezatnya telur sebagai bahan makanan menyebabkan manusia terus mencari hingga ke hutan belantara. Penyebab itu yang mendasari pengembangan bangsa unggas yang bertelur agar telurnya dapat dijadikan bibit kembali atau dikonumsi dan dagingnya dapat dipotong.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Ayam petelur
            Ayam liar atau ayam hutan yang ada memang sudah dipelihara oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu sebagai bagian dari kehidupan mereka yang memang saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Umumnya ayam dimanfaatkan sebagai ayam pedaging setelah habis masa produktifnya bertelurnya (Rasyaf, 2008).
2.2.      Itik
            Menurut sejarah, nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara. Nenek moyang itik ini merupakan itik liar (Anas moscha) atau wild mallard. Itik liar selanjutnya dijinakkan oleh manusia sehingga menjadi itik yang dipelihara oleh manusia sampai sekarang yang disebut Anas domesticus (Suharno dan Amril 1996). Jenis-jenis itik yang dikembangkan di Indonesia dinamakan sesuai dengan tempat pembudidayaannya antara lain itik tegal, itik alabio, itik mojosari, itik magelang, itik bali dan itik karawang atau itik Cirebon (Mulyono, 2003).
2.3.      Penetasan
            Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam atau secara buatan menggunakan mesin tetas. Keberhasilan penetasan buatan tergantung banyak faktor antara lain telur tetas, mesin tetas dan tata laksana penetasan (Suprijatna et al., 2005). Penetasan telur ayam dapat dilakukan secara alami menggunakan induk ayam buras atau unggas lainnya maupun secara modern menggunakan mesin tetas (Cahyono, 2007).
2.3.1.   Penetasan alami
            Menetaskan telur dengan induk, umumnya disebut pengeraman secara alami. Penetasan alami hanya terjadi pada ayam dan wallet, untuk itik dan puyuh tidak dilakukan oleh induknya melainkan seleksi oleh alam (Paimin, 2011). Secara alami telur dierami oleh induknya untuk ditetaskan. Persiapan dan perhatian yang diperlukan untuk penetasan alami adalah sarang pengeraman. Bentuk sarang pengeraman mempengaruhi daya tetas telur (Cahyono, 2007).
2.3.2.   Penetasan buatan
            Menetaskan telur dengan alat tetas buatan dilakukan bila ingin memperoleh anak-anak ayam, itik, puyuh maupun wallet dalam jumlah banyak. Prinsipnya penggunaan alat buatan merupakan tiruan dari sifat-sifat alamiah unggas saat mengeram (Paimin, 2011). Prinsip kerja  mesin penetasan telur adalah menggantikan sumber panas dari induk hewan. Cara ini menuntut ketelitian dalam mengontrol temperatur ruang mesin tetas. Sebagai sumber panas dapat menggunakan lampu minyak tanah dan listrik (Cahyono, 2007).
2.4.      Telur tetas
            Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umunya tidak memakai pejantan dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi. Berbeda dengan ayam petelur yang dipelihara untuk tujuan penghasil telur tetas, di dalam kandang perlu ada pejantan. Hal ini dimaksudkan agar telur yang dihasilkan dapat dibuahi atau fertil karena telur yang steril tidak akan menetas (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Telur tetas merupakan telur fertil atau telah dibuahi, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit bukan dari peternakan ayam petelur komersial yang digunakan untuk ditetaskan (Suprijatna et al., 2005).
2.5.      Jenis-jenis alat tetas buatan
2.5.1.   Alat tetas konvensional
            Alat tetas konvemsional merupakan alat penetas yang menggunakan sumber panas matahari dengan penyimpanan panas berupa sekam (Paimin, 2011).
2.5.2.   Mesin tetas
            Mesin tetas merupakan sebuah peti atau lemari dengan konstruksi yang dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ada di dalamnya tidak terbuang. Suhu yang ada di dalam ruangan mesin tetas dapat diatur sesuai dengan ukuran derajat panas yang dibutuhkan selama periode penetasan. Mesin tetas yang banyak digunakan saat ini merupakan mesin tetas tipe basah dengan pemanas listrik, minyak tanah atau kombinasi yang di dalam ruangannya terdapat udara panas, baik tipe kotak atau tipe kabinet (Paimin, 2011). Mesin tetas berfungsi mengganti peran induk unggas dalam penetasan telur untuk menghasilkan anak unggas. Cara kerja mesin tetas pada prinsipnya meniru induk unggas pada waktu mengerami telurnya. Untuk menciptakan kondisi yang ideal seperti pada penetasan alami harus diperhatikan panas atau temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara dalam ruang mesin tetas (Suprijatna et al., 2005).





















BAB III
MATERI METODE
            Praktikum Manajemen Penetasan dengan materi Pengamatan Telur Tetas Pada Mesin Tetas Tradisional dan Modern dilakukan pada hari Jum’at tanggal 1 November 2013 pukul 10.00-12.00 WIB dilaksanakan di Penetasan Tradisonal Desa Krasak, Kagokan, Sukoharjo dan Penetasan Modern Tirto Hartono.
3.1.      Materi
            Materi yang digunakan adalah alat tulis untuk mencatat informasi yang diberikan peternak, kamera untuk dokumentasi, mesin tetas tradisional dan modern untuk pengamatan telur tetas.
3.2.      Metode
            Metode yang dilakukan adalah pengamatan yang terjadi pada telur yang ada pada mesin tetas tradisional dan modern. Mencatat informasi yang diberikan peternak mengenai suhu dan kelembaban yang diatur, peneropongan telur yang fertil dan non fertil, pemutaran telur dan penanganan telur.






DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2007. Sukses Beternak Pembibitan Ayam Buras. Pustaka Mina, Jakarta.
Kartasudjana, R. dan Suprijatna, E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Depok.
Kartasudjana, R., 2001. Penetasan Telur. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Mulyono. 2003. Beternak Itik Tanpa Air. Redaksi Agromedia, Tangerang.
Nurhadi, I., dan Puspita, E. 2000. Rancangan Bangun Mesin Penetas Telur Otomatis. ITS, Surabaya.
Paimin, F.B. 2011. Mesin Tetas. Penebar Swadaya, Depok.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Betrenak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Depok.
Suharno, B. dan K. Amri. 1996. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya, Depok.
Suprijatna, E., Umiyati A. dan Ruhayat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Depok
.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar