Minggu, 23 November 2014

Laporan Praktikum Produksi ternak Unggas, 2012 Undip



BAB I
PENDAHULUAN
Masing-masing jenis unggas memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan unggas yang lain. Performa unggas itu sendiri adalah pencerminan dari keseluruhan aktifitas organ tubuh. Untuk mencapai performa maksimal, perlu untuk mengetahui dan memahami anatomi, proses fisiologi dari ternak unggas tersebut. Selain itu, untuk mencapai produktifitas yang maksimal, perlu juga untuk dapat mengidentifikasi penyakit yang sering menyerang unggas dan mengetahui cara pemberian pakan dalam bentuk ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak unggas.
Tujuan dari praktikum Produksi Ternak Unggas mengenai Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas, Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas serta Formulasi Ransum Ternak Unggas adalah untuk mengetahui perbedaan karakteristik, anatomi dan fisiologis antara unggas darat dan unggas air baik jantan maupun betina, mengenali beberapa jenis penyakit unggas serta dapat mengetahui cara dan metode dalam memformulasikan ransum ternak unggas. Manfaat yang bisa diperoleh dari praktikum Produksi Ternak Unggas ini adalah praktikan dapat mengklasifikasikan berbagai jenis ternak unggas, mengetahui perbedaan anatomi unggas darat dan unggas air, serta dapat menyusun ransum yang tepat untuk ternak unggas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas

2.1.1.   Klasifikasi Secara Internasional
            Menurut The American Standart of Perfection unggas didasarkan pada standar unggas yang dikelompokkan berdasarkan ras, bangsa, varietas, dan strain. Berdasarkan buku standar tersebut terdapat dua belas kelas, namun hanya empat kelas yang perlu diketahui, yaitu kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Mediterania dan kelas Asia (Suprijatna et al., 2008). Di dunia dikenal lebih dari 600 jenis unggas, namun hanya beberapa spesies yang telah mengalami domestikasi, seperti Kelas Asia, Kelas Mediterania, Kelas Amerika dan Kelas Inggris (Yuwanta, 2004)

2.1.1.1. Kelas Inggris. Ayam kelas Inggris merupakan sekelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di Inggris. Karakteristik bentuk tubuh besar, cuping berwarna merah, kulit putih, kerabang telur cokat kekuningan, dan bulu merapat ke tubuh. Bangsa-bangsa yang termasuk kelas inggris antara lain Sussex, Cornish, Orpington, Australorp, dan Dorking (Suprijatna et al., 2008). Ayam inggris dikembangkan sebagai ayam dwiguna, yang termasuk dalam bangsa ini adalah Orpington, Cornish, Australorp, Dorking, Sussex, dan Red Cup (Yuwanta, 2004).

2.1.1.2. Kelas Amerika. Ayam kelas Amerika merupakan kelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di Amerika Serikat. Karakteristik bentuk tubuh sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, dan kulit berwarna putih. Ciri khas lain kulit telur berwarna cokelat kekuningan, cakar tidak berbulu, dan terkenal sebagai tipe dwiguna. Yang termasuk dalam bangsa ini adalah Plymouth rock, Wyandotte, Rhode Island Red (RIR), New Hampshire, dan Jersey ( Suprijatna et al., 2008). Ayam kelas Amerika dikembangkan untuk yujuan dwiguna, yaitu memproduksi telur dan daging. Tanda-tanda umum ayam amerika adalah warna kulit terang, kerabang telur cokelat, cuping telinga merah, sahank berwarna kuning, dan tidak berbulu. Bangsa ayam kelas amerika yang terkenal adalah Plymouth Rock (PR), Rhode Island Red (RIR), Rhode Island White (RIW), Wyandotte, New Hampshire (NH), White American, Dominique, Java, Lamona, Jersey Black Giant, Jersey White Giant, Buck Eye, dan Delawars (Yuwanta, 2004).

2.1.1.3. Kelas Mediterania. Ayam kelas Mediterania merupakan Kelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan disekitar negara dan pulau di Laut Tengah, seperti Spanyol dan Italia. Karakteristik ayam kelas mediterania adalah bulu mengembang, cuping telinga berwarna putih, bentuk tubuh ramping, warna kulit putih, kerabang telur berwarna putih. Bangsa-bangsa ayam yang termasuk kelas ini antara lain leghorn, ancona, spanish, Minorca, dan Andalusia (Suprijatna et al., 2008). Ayam kelas Mediterania terkenal karena bentuk badannya langsing dan produksi telurnya cukup tinggi. Bangsa ayam yang dikenal dalam kelas ini adalah Leghorn dari italia, Minorca dari pulau Minorca, Ancona dari pulau Ancona, Butter Cups dari kepulauan Sisilia, serta Blue Andalusian dan Spanish dari Andalusia, Spanyol (Yuwanta, 2004).

2.1.1.4. Kelas Asia. Ayam kelas Asia merupakan Ayam kelas Asia yang dibentuk atau dikembangkan diwilayah Asia. Karakteristik ayam kelas asia yaitu bentuk tubuh besar, bulu merapat ketubuh, cuping berwarna merah, dan kerabang telur beragam cokelat kekuningan sampai putih. Ciri khas lain cakar berbulu, kulit berwarna putih sampai gelap, dan merupakan tipe pedaging. Contohnya brahma, langshan, dan cochin china (Suprijatna et al., 2008). Bangsa yang terkenal dalam kelas Asia antara lain Brahma (di india), Langshan (dari Cina), dan Cochin (dari Shanghai, Cina). Ketiga bangsa ayam dahulu dikembangkan menjadi ayam Amerika dan Inggris (Yuwanta, 2004).

2.1.2.   Klasifikasi Berdasarkan Tujuan Pemeliharaan
            Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokkan menjadi tipe petelur, pedaging, dan medium atau dwiguna (dual purpose) (Suprijatna et al., 2008). Beberapa persilangan bangsa ayam di dunia dikembangkan menjadi beberapa jenis (tipe) ayam komersial, antara lain tipe petelur (layer type), tipe pedaging (broiler type) dan tipe dwiguna (dual purpose).

2.1.2.1. Tipe Petelur. Ayam petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga warna merah, dan kerabang telur berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efesiensi dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat pengeram (Suprijatna et al., 2008). Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe ayam petelur adalah cepat mencapai dewasa kelamin, ukuran telur normal, bebas dari sifat mengeram (Yuwanta, 2004).

2.1.2.2. Tipe Pedaging. Tujuan pemeliharaan ayam pedaging adalah untuk memproduksi daging. Sifat yang perlu diperhatikan untuk ayam tipe pedaging yaitu sifat dan kualitas daging baik, laju pertumbuhan dan bobot badan tinggi, bebas dari sifat kanibalisme (Yuwanta, 2004). Karakteristik  ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih, dan produksi telur rendah (Suprijatna et al., 2008).

2.1.2.3. Tipe Dwiguna. Ayam ini mempunyai sifat tengah-tengah, yaitu mampu memproduksi telur dan daging. Namun produksi telur lebih rendah dibandingkan dengan ayam petelur dan produksi daging  lebih rendah dibandingkan dengan tipe ayam pedaging. Oleh karena itu ayam ini dinamakan tipe dwiguna (dual purpose ) (Yuwanta, 2004). Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang, dan kulit telur berwarna cokelat (Suprijatna et al., 2008).




2.1.3.   Unggas Darat
Unggas darat adalah unggas yang hidup di darat, contoh dari unggas darat adalah ayam ras dan ayam buras. Ayam secara umum memiliki ciri-ciri, yaitu mempunyai ceker dengan tiga jari dan satu jalu, paruh bertipe pemakan biji-bijian, memiliki jengger dan cuping (Susilorini et al., 2009). Ayam peliharaan yang ada dewasa ini (Gallus domesticus) merupakan keturunan ayam hutan yang mengalami proses penjinakannya telah berlangsung lama (Suprijatna et al., 2008).
2.1.4.     Unggas Air 
              Unggas air merupakan semua spesies hewan bersayap (kelas Aves) yang dapat hidup di air, menghasilkan produk atau jasa yang bermanfaat bagi manusia. Itik merupakan unggas yang memiliki sifat aquatic, yaitu menyukai air. Hal ini ditunjang oleh bulu-bulu yang tumbuh disekujur tubuhnya. Kondisi bulu yang tebal dan berminyak pada itik dapat menghalangi air masuk kedalam tubuhnya ketika berenang dan bermain air (Martawijaya, 2008).
           Itik juga bersifat omnivorus, yaitu pemakan segala macam bahan makanan yang berasal dari biji-bijian, rumput-rumputan, umbi-umbian sampai hewan-hewan kecil seperti keong. Sifat khas dari itik adalah bentuk kakinya yang lebih pendek dibandingkan dengan tubuhnya dan dikaki tersebut terdapat selaput yang berguna untuk berenang (Martawijaya, 2008). Hal ini ditambahkan oleh pendapat (Suharno 2006), yang menyatakan bahwa sifat spesifik lainnya dari itik adalah kakinya relatif pendek dibanding tubuhnya, antara jari yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh selaput renang, serta bulu-bulunya tebal dan berminyak sehingga dapat menghalangi air masuk ketubuhnya ketika berada dalam air.

2.2.      Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas
2.2.1.   Sistem Pencernaan Unggas
            Sistem pencernaan terdiri dari dua saluran pencernaan dan organ asesori. Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan proses metabolic di dalam tubuh. Saluran pencernaan unggas terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventrikulus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum dan kloaka. Sedangkan organ asesori terdiri dari pancreas dan hati (Suprijatna et al., 2008). Pada sistem pencernaan unggas mempunyai perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan sistem pencernaan mamalia. Secara singkat susunan organ-organ pencernaan unggas terdiri dari traktus alimantarius yang terdiri atas mulut, faring, esophagus, tembolok, lambung kelenjar, lambung otot, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, dan alat asesoris yang berupa hati, limfa, dan pankreas (Yuwanta, 2004).
            Mulut ayam tidak memiliki lidah, pipi dan gigi. Langit-langitnya lunak, tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Rahang atas melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergelantung. Kedua rahang berhunungan sebagai paruh. Lidah berbentuk sepeti pisau yang memiliki permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu mendorong makanan ke esophagus. Di dalam mulut terdapat saliva yang disekresikan oleh kelenjar di mulut dengan bantuan enzim amilase (Suprijatna et al., 2008). Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecahan bahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat sesaat (Yuwanta, 2004).
            Esophagus atau kerongkongan merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari pharynx hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ Esophagus atau kerongkongan menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004). Esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut (pharinx) ke proventrikulus (Suprijatna et al., 2008).
            Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok). Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok (Suprijatna et al., 2008). Tembolok adalah modifikasi dari esophagus. Fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak (Yuwanta, 2004).
            Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau succenturiate ventricle atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat untuk              dicerna (Yuwanta, 2004). Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Di proventrikulus nantinya akan diproduksi gastric juice (Suprijatna et al., 2008).
            Empedal (gizzard) disebut juga sebagai perut muskular yang merupakan kepanjangan dari organ proventrikulus. Fungsi utama dari empedal adalah memecah dan melumatkan pakan serta mencampurkannya dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne. (Yuwanta, 2004). Biasanya, gizzard mengandung material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang dan batu kerikil. Partikel pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk ke gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam (Suprijatna et al., 2008).
            Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absoprsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran pencernaan ini berfungsi untuk mempercepat dan mengefesiensikan pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorpsi. (Suprijatna et al., 2008). Usus halus (small intestine) dinamakan juga intestinum tenue, panjangnya bisa mencapai 120 cm dan terbagi menjadi tiga bagian yakni duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum terdapat pada bagian yang paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. Pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak dan protein. Jejunum dan ileum merupakan kelanjutan dari duodenum. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna (Yuwanta, 2004).
            Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali (Yuwanta, 2004). Pada unggas dewasa yang sehat, seka berisi pakan lembut yang keluar masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air diserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri atau  mikroorganisme (Suprijatna et al., 2008).
            Usus besar (rektum) dinamakan juga intestinum crasum. Pada bagian ini terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Pada bagian ini juga bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urine yang tercampur dengan feses (Yuwanta, 2004). Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Suprijatna et al., 2008).
            Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004). Kloaka berbentuk bulat, dan merupakan saluran umum tempat saluran pencernaan, saluran urinaria dan reproduksi bermuara (Suprijatna et al., 2008).
Hati dan pankreas membantu menghasilkan sekresi untuk pencernaan meskipun makanan yang masuk tidak melalui organ tersebut. Hati berfungsi menyaring darah dan menyimpan glikogen yang dibagikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Fungsi hati yang lain adalah mengeluarkan empedu yang ditampung dalam kantong empedu yang berfungsi mengemulsikan lemak (Yuwanta, 2004). Pankreas meruapakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin maupun sebagai kelenjar eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin, pankreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sementara sebagai kelenjar eksokrin, pankreas mensekresikan cairan yang diperlukan bagi proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu pancreatic juice (Suprijatna et al., 2008).

2.2.2.   Sistem Respirasi Unggas

            Sistem pernafasan pada unggas tidak  serumit saluran pencernaannya. Sistem pernafasan unggas terdiri dari nostril, trachea, shirink, bronchus, bronchea, broncheolus, dan paru-paru (Yuwanta, 2004). Oleh karena memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, unggas memiliki sistem respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar per unit hewan. Untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan ternak jenis mamalia (Suprijatna et al., 2008).
            Trakea merupakan saluran pertama yang berupa saluran yang berbuku-buku. Shirink adalah pita suara. Shirink pada unggas jantan berkembang dengan baik, sedangkan shirink pada unggas betina tidak berkembang. Bronchus merupakan percabangan dari trachea. Broncheolus adalah anak cabang dari bronchus yang berbentuk saluran-saluran kecil yang menyalurkan udara dari bronchus ke paru-paru. Anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas berbeda dengan sistem respirasi mamalia terutama pada peranan paru-paru. Mamalia memiliki otot diafragma yang mengendalikan perluasan dan kontraksi paru-paru, sedangkan unggas tidak mempunyai diafragma dan paru-parunya tidak meluas dan berkontraksi saat berlangsung inspirasi dan ekspirasi berturut-turut. Apabila dibandingkan dengan mamalia, paru-paru ayam relatif lebih kecil secara proporsional dengan ukuran tubuhnya. Paru-paru tersebut mengembang dan berkontraksi hanya sedikit dan tidak terdapat diafragma sejati (Suprijatna et al., 2008).
                Unggas memiliki sistem kantong udara yang berperan untuk menampung udara. Sebagian besar unggas memiliki delapan kantong udara, yaitu median servical sac, median clavicular sac dan sepasang cranial thoracic, caudal thoracic serta abdominal sac (Suprijatna et al., 2008). Saat unggas bernafas, otot inspirasi meningkatkan volume rongga tubuh yang menyebabkan tekanan udara masuk ke dalam kantong udara dan udara segar akan tertarik ke dalam paru-paru. Ketika menghembuskan nafas, otot inspirasi menurunkan volume rongga badan yang menyebabkan udara keluar dari kantong udara, kembali ke paru-paru, dan keluar dari tubuh  (Suprijatna et al., 2008).

2.2.3.   Sistem Reproduksi Unggas
            Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua yakni, sistem reproduksi unggas jantan dan sistem reproduksi unggas betina.

2.2.3.1. Sistem Reproduksi Unggas Jantan, sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Testis tidak pernah turun ke dalam skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan bewarna kuning terang. Testis terdiri dari sejumlah besar saluran kecil yang bergulung-gulung dan dari lapisan-lapisannya dihasilkan sperma (Suprijatna et al., 2008). Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam testis terdiri atas tubuli seminiferi yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen dan testoteron (Yuwanta, 2004).
            Saluran tubulus seminiferus akhirnya menuju ke ductus deferent, yakni sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan sperma keluar dari tubuh. Masing-masing ductus deferent bermuara ke dalam sebuah papila kecil yang bersama berperan sebagai organ intromittent (Suprijatna et al., 2008). Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang bersebelahan dengan urodeum dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens (Yuwanta, 2004).  
            Alat kopulasi pada unggas berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004). Sebutan organ rudimenter pada unggas tidak ada hubungannya dengan ductus deferent dan terletak di bagian ventral median salah satu lipatan melintang pada kloaka. Organ ini merupakan organ rudimenter atau prosesus jantan yang digunakan pada pembedaan jenis kelamin pada anak ayam berdasarkan pengamatan pada kloaka (Suprijatna et al., 2008).

2.2.3.2. Sistem Reproduksi Unggas Betina, sistem reproduksi unggas betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduk. Walaupun organ reproduksi merupakan produksi sel-sel benih (germ cells), organ tersebut juga merupakan kelenjar endokrin (Suprijatna et al., 2008). Ovarium adalah tempat sintesis hormon seksual, gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan folikel. Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sel telur dan pembentukan kerabang telur (Yuwanta, 2004).
            Ovarium pada unggas dinamakan juga dengan folikel. Ovarium terbagi menjadi dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel dan terdapat sel-sel telur. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa buah saja (Yuwanta, 2004). Pada ayam betina terdapat sebuah ovarium, terletak pada rongga badan sebelah kiri. Pada saat perkembangan embrionik, terdapat dua ovari, tetapi pada perkembangan selanjutnya mengalami regresi sehingga pada saat menetas hanya dijumpai sebuah ovarium kiri, sedangkan yang kanan rudimenter (Suprijatna et al., 2008).
            Oviduk ayam betina merupakan pipa yang melipat, sebagian besar terletak pada sisi bagian kiri rongga perut. Oviduk terbagi dalam lima bagian, dimulai dari ujung terdekat dengan ovarium, yaitu infundibulum atau funne, magnum, isthmus, uterus atau kelenjar kerabang, vagina dan menuju saluran kloaka (Suprijatna et al., 2008). Fungsi infundibulum adalah hanya menangkap ovum yang masak, magnum berfungsi untuk sintesis dan sekresi putih telur. Isthmus, mensekresikan membran atau selaput telur. Uterus berfungsi sebagai pembentukan dan pewarnaan pada kerabang telur. Pada bagian vagina, hampir tidak terdapat sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula hingga menuju kloaka yang berfungsi untuk mengelurkan telur (Yuwanta, 2004).

2.2.4.   Sistem Urinaria
            Sistem urinaria ayam maupun itik terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut (peritonium) (Yuwanta, 2004). Sistem urinaria pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar-memanjang, berlokasi di belakang paru-paru dan menempel pada tulang punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dengan jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal. Fungsi utama ginjal adalah memproduksi urine (Suprijatna et al., 2008).
            Ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke blader (kantong kencing). Blader merupakan organ muskular yang berongga yang ukuran dan posisinya bervariasi tergantung jumlah urine yang ada didalamnya. Pelvis, ureter, blader, dan uretra pada bagian dalamnya diselaputi oleh epitel transisional (organ yang mengalami distensi, lumen menjadi besar, dinding menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi yang lebih sedikit) (Yuwanta, 2004). Suatu saluran, yaitu ureter menghubungkan masing-masing ginjal dengan kloaka. Urine pada unggas tersusun atas asam urat yang bercampur dengan feses pada kloaka dan keluar sebagai kotoran berupa material bewarna putih seperti pasta yang disebut ekskreta (Suprijatna et al., 2008).

2.2.5.   Identifikasi Penyakit pada Unggas

                Penyakit yang menyerang ternak unggas baik akibat terakibat terinfeksi parasit atau organisme penyebab sakit yang lain pada anak unggas maupun pada unggas-unggas dewasa akan menyebabkan kerugian bagi peternak berupa kematian ternak, rendahnya produksi dan waktu yang dipergunakan. Unggas  yang terinfeksi atau terserang suatu penyakit untuk mengetahui suatu penyakit yang menyerangnya maka dapat dilakukan identifikasi melalui penglihatan dari luar,setelah itu dilakukan bedah bangkai untuk mendiaknosa atau mengidentifikasi suatu penyakit yang menginfeksi unggas  tersebut. Adapun hasil dari bedah bangkai akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan penyakit yang menyerang area suatu peternakan (Suprijatna et al., 2008). Umumnya, dengan identifikasi tersebut, peternak lebih mudah melakukan tindakan pencegahan penyakit di lingkungan peternakannya secara efektif dan efisien. Penyakit yang menjangkit pada ayam paling banyak terjadi secara eksternal. namun tidak menutup kemungkinan penyakit terjadi secara internal. (Isnaeni, 2006)

2.3.      Formulasi Ransum Ternak Unggas
Protein kasar yang dibutuhkan oleh ayam pada priode starter adalah sekitar 20-22%. Penyusunan ransum dengan metode trial and error sedikit sulit untuk mencapai komposisi yang seimbang, untuk itu agar ransum yang disusun memiliki komponen yang baik maka diperlukan penambahan jenis bahan penyusun ransum. Kelebihan energi dalam jumlah sedikit tidak menyebabkan tanda-tanda yang jelas, kecuali untuk penimbunan lemak tambahan dan sedikit penurunan dalam tingkat pertumbuhan yang disebabkan kenyataan bahwa dengan kelebihan tingkat energi dalam ransum hewan mendapat energi yang cukup dengan konsumsi yang sangat rendah, sehingga menurunkan konsumsi protein yang diperlukan untuk pertumbuhan optimum atau produksi (Suprijatna et al.,  2005).

2.3.1    Pengertian Ransum
Ransum merupakan campuran bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan pakan yang diperlukan ternak dalam waktu tertentu. Sebaiknya peternak dapat membuat ramsum pakan sendiri mengingat banyaknya ragam bahan pakan yang tersedia. Selain itu, juga untuk mencari komposisi ransum yang dapat memberikan pertumbuhan terbaik (Sudradjat, 2000). Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat- zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat- zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai ( Supridjatna, 2008).

2.3.2.   Jenis – jenis Bahan Pakan Unggas
2.3.2.1. Jagung giling, jagung atau Zea mays merupakan bahan pakan sumber energi yang paling banyak digunakan dalam industri pakan ternak. Di indonesia dikenal beberapa jenis jagung , yaitu jagung kuning, jagung putih, dan jagung merah. jenis yang paling banyak digunakan adalah jagung kuning karena mengandung karoten provitamin A yang cukup tinggi. Jagung mempunyai kandungan protein rendah dan beragam, dari 8% - 13%, tetapi kandungan serat kasarnya rendah (3,2 %) dan kandungan energi metabolismenya tinggi (3130 kkal/ kg) . Oleh karena itu , jagung merupakan sumber energi yang baik (Agus, 2007) . jagung kuning merupakan bahan utama pakan ayam, penggunaannya mencapai 15- 70% dari total pakan. jagung kuning lebih baik daripada jagung putih karena mengandung provitamin A untuk meningkatkan kualitas daging dan telur. Vitamin A memberikan warna kuning pada kulit dan kuning telur. Kelemahan jagung yaitu kandungan asam amino esensialnya rendah terutama lisin dan triptofan. Itulah sebabnya mengapa penggunaan jagung yang tinggi harus diimbangi dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam aminonya tinggi seperti tepung kedelai ( Suprijatna et al., 2005). 

2.3.2.2. Bekatul, Bekatul ( dedak halus) adalah dedak yang paling baik yang didapat dari proses penyosohan beras yang memiliki kandungan gizi antara lain protein 11,35% lemak 12,15 % , karbohidrat 28,62%, abu 10,5% , serat kasar 24,46% , air 10,15% serta energi metabolisme sebesar 1890 kkal/ kg. Sebaiknya diberikan kepada anak itik dan itik dara sebesar 60% dari jumlah ransum atau pakan yang diberikan. Sementara iu untuk itik dewasa sebanyak 40% dari total ransum yang diberikan           (Martawijaya, 2004) Bekatul merupakan hasil sampingan atau limbah dari proses penggilingan padi. menurut hasil penelitian, kurang lebih 8% - 8,5% dari berat padi adalah bekatul. Nutrien yang terdapat dalam bekatul adalah protein kasar 9% - 12% , pati 15%-35% , lemak 8%-12% serta serat kasar 8% - 11%. Bekatul memiliki kandungan kandungan serat kasar yang lebih tinggi daripada jagung atau sumber energi yang lain. Oleh karena itu, bakatul diberikan dalam jumlah yang terbatas, tergantung pada jenis ternaknya (Agus, 2007)

2.3.3.3. Bungkil kedelai, Dalam formula pakan unggas, bungkil kacang kedelai menjadi sumber protein yang dominan mengingat kandungan proteinnya sebesar 40- 48%. begitu juga kandungan energi metabolismenya sebesar 2330 kkal/ kg menjadikan bahan baku ini memiliki dua fungsi sebagai sumber protein dan sumber energi (Ichwan, 2003). Bungkil kedelai mengandung protein mengandung protein 40-50% , serat kasar 6-7% , kalsium sekitar 0,11% dan phospor lebih dari 0,65%. Disamping itu memiliki energi metabolisme sebesar 2890 kkal/ kg. Bungkil kedelai sebaiknya diberikan kepada anak itik berumur 0-6 minggu sebanyak 20% dari total pakan (Martawijaya, 2004).
2.3.3.4. Tepung Ikan, Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein terbaik, mengingat kandungan asam amino esensialnya sangat menunjang. Bahan bakunikan yang dibuat untuk tepung ikan sangat beragam karena itu, kandungan proteinnya sangat bergantung terhadap jenis ikan yang digunakan (Ichwan, 2003). Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah yang tidak bernilai ekonomi dan berkadar lemak rendah. Tepung ikan memiliki kandungan gizinya berupa protein 22, 65% , lemak 15,38% , abu 26,65%, serat 1,80% dan air 10,72%. Idealnya diberikan kepada anak itik dan itik dara sebesar 25%, serta itik dewasa sebesar 15% dari total ransum            (Martawijaya, 2004).



2.3.3.5 Premix, Premik adalah sebutan untuk suatu suplementasi vitamin, mineral, asam amino, dan antibiotik, atau penggabungan dari keempatnya. Penggunaan pemik mutlak diperlukan jika kandungan nutrisi tersebut dalam pakan tidak lengkap atau tidak mencukupi (Ichwan, 2003). Vitamin dan mineral biasanya dibeli dari toko penjualan makanan ayam (poultry shop). Umumnya sudah dikemas dalam bentuk premix. Premik mengandung vitamin, mineral, dan asam amino tertentu. Beberapa contoh merek dagang vitamin dan mineral antara lain: top mix, rhodiamik, mineral B12, serta premix A diberikan kepada itik sebanyak 0,25-0,5% dari total pakan (Martawijaya, 2004)
2.3.3.   Metode penyusunan ransum
Cara menyusun ransum yang dikenal hingga kini adalah sebagai berikut : (a) metode MPS (metode pendugaan sederhana) metode ini sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa saja, asal bisa hitung menghitung. (b) Metode persamaan simulat, metode ini agak sulit bagi yang awam. Bahkan untuk sarjana yang tidak biasa juga akan mengalami kesulitan. metode ini memerlukan pengetahuan matematika yang cukup baik. (c) Metode linier programing, merupakan metode yang kini populer. hasil dari cara ini tergantung pada penysunan modelnya. (d) metode program tujuan ganda, metode ini lebih rumit dan sasaran penyususn ransum tidak hanyasatu ransum tetapi dapat juga berdasarkan berapa tujuannya, misalnya ransum untuk ayam masa awal I, masa awal II dan seterusnya (Rasyaf, 2005) . Penyusunan pakan merupakan kegiatan pencampuran berbagai bahan pakan yang ada dengan perbandingan ynag telah ditentukan untuk memenuhi kebutuhan zat- zat makanan yang diperlukan oleh ayam untuk pertumbuhan dan produksi. Ada berbagai cara yang digunakan dalam penyususnan pakan antara lain sebagai berikut: Metode bujur sangkar (person square metode), metode coba- coba (trial and error metode) dan berbagai metode dengan program komputer (Suprijatna et al., 2008)
















BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Produksi Ternak Unggas dengan materi Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 12 Oktober 2012 pukul 09.00–11.00 WIB sedangkan materi Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas dan Formulasi Ransum Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2012 pukul 09.00-11.00 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
3.1.1.   Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas

            Materi yang digunakan dalam praktikum pengenalan jenis dan klasifikasi ternak unggas meliputi media movie, slide powerpoint, gambar penjelas, buku praktikum dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.

3.1.2.   Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas
            Materi yang digunakan dalam praktikum anatomi dan identifikasi ternak unggas meliputi unggas darat (ayam dewasa) dan unggas air (itik dewasa) baik jantan maupun betina, alat seksio, nampan, lap, alat ukur berupa timbangan kitchen scale digital, pita ukur, alas plastik serta alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
3.1.3.   Formulasi Ransum Ternak Unggas
            Materi yang digunakan dalam praktikum formulasi ransum ternak unggas meliputi bahan pakan, mencakup bahan pakan sumber energi, sumber protein, sumber mineral dan vitamin (jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan dan premix). Table komposisi kandungan bahan pakan, kalkulator untuk menghitung ransum, timbangan kitchen scale untuk menimbang bahan pakan yang akan diformulasikan, alat tulis serta nampan plastik.

3.2.      Metode
3.2.1.   Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas
            Metode yang dilakukan dalam praktikum pengenalan jenis dan klasifikasi ternak unggas adalah pertama-tama mengamati materi yang diberikan oleh asisten melalui media movie, slide powerpoint dan gambar pendukung. Kemudian melakukan pengamatan terhadap karakteristik eksterior masing-masing jenis unggas darat dan air, selanjutnya melakukan klasifikasi unggas yang telah diamati tersebut berdasarkan sistem klasifikasi standard dan tujuan pemeliharaan. Langkah selanjutnya adalah menggambar dan mendeskripsikan data-data yang telah disajikan.



3.2.2.   Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas
            Metode yang dilakukan dalam praktikum anatomi dan identifikasi ternak unggas adalah mengamati beberapa organ tubuh unggas, terutama saluran dan organ pencernaan serta kelenjar pencernaan, pernafasan, reproduksi maupun urinari, menimbang bobot hidup unggas lalu menyembelih unggas yang akan diamati dan dilanjutkan dengan bledding. Melakukan penimbangan bobot mati dan bobot darah, mencatat waktu pengeluaran darah terlebih dahulu, baru melakukan seksio. Langkah selanjutnya adalah dengan membuat sayatan dengan cara menghitung secara horizontal otot perut di dekat tulang rusuk hingga pertautan antara tulang dada dan sayap. Lalu memotong bagian dada dari persendian scapulanya. Selanjutnya mengamati dan menggambar preparasi utuh lau memisahkan saluran dan organ yang akan diamati. Melakukan penimbangan dan pengukuran terhadap organ-organ yang diamati dan terakhir melakukan identifikasi penyakit pada unggas tersebut.

3.2.3.   Formulasi Ransum Ternak Unggas
            Metode yang dilakukan dalam praktikum formulasi ransum ternak unggas adalah menentukan standar kebutuhan ransum yang akan disusun (ransum ayam petelur periode starter), kemudian menentukan bahan pakan yang tersedia dan akan digunakan, selanjutnya melakukan pengecekan kandungan bahan pakan tersebut dengan table komposisi nutrient yang terkandung. Setelah itu, melakukan uji organoleptik terhadap bahan pakan tersebut, memformulasikan bahan pakan tersebut sehingga memenuhi standar kebutuhan ternak dengan menggunakan metode trial and error lalu mencatat hasil formulasi bahan pakan yang diperoleh, dan terakhir menyusun ransum sesuai perhitungan yang telah dilakukan secara berlapis dan mencampurkan secara merata bahan pakan tersebut dengan jumlah komposisi terbesar diikuti bahan pakan dengan komposisi yang terkecil di dalam ransum.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas

4.1.1.   Klasifikasi Unggas
4.1.1.1 Unggas Darat,




 

 
Berdasarkan dari hasil pengamatan  eksterior pada unggas darat dapat didiketahui dengan melihat ilustrasi sebagai  berikut

 

 

 
 :

Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 1. Eksterior ayam kelas Inggris

Keterangan :                                                                                       
1. Kepala                                                                                
2. Paruh                                                                                  
3. Dada                                                                                              
4. Perut                                                                                   
5. Sayap                                                                                 
6. Paha                                                                                               
7. Kaki                                                                                               
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan ayam  kelas Inggris pada ilustrasi ke satu memiliki ciri bentuk tubuh besar cuping berwarna merah, bulu merapat kebawah, ceker, pial. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008), yang menyatakan bahwa ayam kelas Inggris termasuk ayam tipe pedaging dengan ciri yang khusus bentuk tubuh besar, cuping berwarna merah, kulit putih. Hal ini ditambahkan oleh Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa ayam kelas inggris memiliki ciri-ciri badan besar dan bentuk daging baik, kulit berwarna putih, cuping telinga merah.

Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 2. Eksterior ayam kelas Amerika

Keterangan :                                                   
1. Jengger                                                                                                       
2. Kepala
3. Cuping       
4. Dada
5. Perut
6. Sayap
7. Paruh
8. Ekor              

 
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan

 

 
pengamatan pada ilustrasi dua, ayam memiliki ciri-ciri bentuk tubuh sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, dan kulit berwarna putih, dan ayam tersebut termasuk tipe dwiguna. Hal ini sesuai pendapat Suprijatna et al,. (2008), yang menyatakan bahwa ayam kelas Amerika mempunyai karakteristik ayam termasuk tipe dwiguna. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa ciri – ciri ayam kelas amerika yaitu warna kulit terang, kerabang telur cokelat, cuping telinga merah, sahank berwarna kuning, dan tidak berbulu.

Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 3. Eksterior ayam kelas Mediterania

Keterangan :                                                   
1. Jengger                                                                                                       
2. Kepala
3. Cuping       
4. Dada
5. Perut
6. Sayap
7. Paruh
8. Ekor                                                                       
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan diperoleh hasil bahwa ayam kelas Mediterania pada ilustrasi ketiga, memiliki ciri-ciri bulu mengembang, cuping telinga berwarna putih, bentuk tubuh ramping. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008), yang menyatakan bahwa ayam kelas Mediterania memiliki tubuh ramping yang merupakan tipe ayam petelur. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa ciri-ciri ayam kelas Mediterania adalah bentuk badan lebih kecil dibandingkan dengan kelas lainnya, cuping telinga putih, produksi telur tinggi, tidak mengeram, kerabang telur berwarna putih, kaki tidak berbulu, penampilan nervus, serta jengger tunggal dan lebar.

Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 4. Eksterior ayam kelas Asia

Keterangan:
                                                                                   
1. Jengger                                5. Perut
2. Paruh                                   6. Kaki
3. Cuping                                7. Cakar
4. Dada                                   8. Ekor

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan di peroleh hasil pengamatan pada illustrasi empat, ayam memiliki bulu merapat ke tubuh dan berwarna hitam. Pial, cuping dan jengger ayam berwarna merah. Kaki ayam panjang dan memiliki badan yang besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al ., (2008) yang menyatakan bahwa ayam kelas Asia yaitu bentuk tubuh besar, merupakan tipe ayam pedaging. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa ciri-ciri ayam kelas Asia yaitu bentuk badan besar, mempunyai sifat mengeram, cakar berbulu, tulang besar dan kuat, cuping telinga merah, dan kerabang telur cokelat.
3.1.1.2. Unggas Air, berdasarkan dari hasil pengamatan  eksterior pada unggas air dapat didiketahui dengan melihat ilustrasi sebagai  berikut

 

 

 
 :

Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012





Keterangan :                                                                                       
1. Kepala                                                                                                     
2. Paruh                                                                                  
3. Mata                                                                                               
4. Leher                                                                                  
5. Punggung                                                                           
6. Dada                                                                                  
7. Sayap
8. Ekor
9. Kaki
                                                                                   
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, organ eksterior pada itik yaitu kepala, paruh yang pipih, mata, leher, punggung, dada, sayap, ekor, kaki yang berselaput. Itik mempunyai bagian eksterior terdiri dari kepala, mata sebagai indera penglihat, leher yang panjang membantu itik saat paruh melumuri badan dengan minyak dari kelenjar minyak, paruh yang berbentuk tumpul memanjang yang berfungsi untuk mengambil makanannya yang lembek, tembolok tidak berkembang karena pengaruh pakan yang lembek, badan berbentuk oval membulat, ekornya pendek, kaki yang relatif pendek agar mempermudah ketika berjalan di air, cakar berlapis selaput renang yang berfungsi sebagai alat bantu renang. Bulu selalu mengkilap karena berminyak yang berfungsi melindungi agar tubuhnya tidak terkena air secara langsung ketika berada di air.Itik jantan mempunyai bulu ekor yang mencuat ke atas sedangkan itik betina mempunyai bulu ekor ke bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suprijatna et al., (2008) bahwa ciri yang lebih utama dari itik Tegal ini adalah pada saat berjalan tegak dan jika dilihat dari arah kepala, leher, punggung, sampai ke belakang bentuknya menyerupai botol, lehernya panjang dan bulat, tubuhnya langsing, kepalanya kecil. Itik mempunyai kaki yang relatif pendek untuk ukuran badannya, jari atau toes yang terletak di bagian interior dihubungkan oleh selaput (foot web) yang memungkinkan ia dapat bergerak cepat di dalam air. Foot web ini menghubungkan jari-jari keempat, ketiga, dan kedua. Yuwanta (2004) menjelaskan pula bahwa bulu itik berbentuk konkaf yang merapat erat kepermukaan badan dengan permukaan bagian dalam yang lembut dan tebal serta senantiasa berminyak.Fungsi bulu adalah untuk mencegah masuknya air sehingga air tidak dapat mencapai permukaan kulit. Timbunan lemak yang terdapat di bagian bawah kulit berfungsi sebagai insulator sehingga itik tahan dingin walau berada dalam air untuk jangka waktu yang cukup lama.

3.2.      Perbedaan Unggas Darat dan Unggas Air
            Perbedaan unggas darat dan air dimulai dari bentuk paruh. Unggas darat memilki paruh yang lancip, sedangkan pada unggas air paruh berbentuk pipih, ini dikarenakan jenis makanan yang berbeda. Unggas air memiliki kaki berselaput, ini dikarenakan agar unggas air dapat berjalan dilumpur. Ukuran tembolok pada unggas darat lebih besar daripada unggas air, dengan demikian unggas darat mempunyai kemampuan yang lebih besar lebih besar dalam menyimpan makanan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008), yang menyatakan bahwa tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan, di tembolok terjadi percampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok.


4.2.      Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas
4.2.1.   Sistem Pencernaan Unggas
Sistem Pencernaan Itik







 
Sistem Pencernaan Ayam
 
                Hasil pengamatan terhadap sistem pencernaan pada ayam (unggas darat) dan itik (unggas air) adalah sebagai berikut :















Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 7. Anatomi Sistem Pencernaan Unggas

Keterangan :
1. Esofagus                                                     6. Seka
2. Tembolok                                                    7. Usus besar
3. Proventrikulus                                             8. Rektum
4. Ventrikulus                                                 9. Kloaka
5. Usus Halus
                                   
            Berdasarkan hasil praktikum pengamatan terhadap sistem pencernaan ayam hampir sama dengan sistem pencernaan itik. Sistem pencernaan pada ayam terdiri dari paruh, esophagus, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, seca, usus besar, rektum, dan kloaka. Sistem pencernaan pada itik terdiri dari paruh, esophagus, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, seca, usus besar, rektum, dan kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa saluran pencernaan unggas terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventrikulus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum dan kloaka. Sedangkan organ asesori terdiri dari pankreas dan hati. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) bahwa urutan mekanisme pencernaan pada unggas adalah dimulai dari paruh dan berakhir di kloaka.
            Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang paruh ayam jantan dan itik jantan masing-masing yakni 4 cm dan 7 cm. Paruh itik lebih panjang daripada paruh ayam. Paruh itik berbentuk pipih, sedangkan paruh ayam berbentuk runcing dan pendek. Hal ini terjadi karena pakan yang dikonsumsi oleh ayam dan itik berbeda. Ayam lebih menyukai pakan yang berbentuk butiran seperti jagung, sehingga paruhnya runcing. Sedangkan itik lebih menyukai pakan yang bertekstur lembek dan berbentuk cair, sehingga bentuk paruhnya pipih dan panjang. Hal ini dimaksud untuk mempermudah itik mengambil pakannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa bentuk dan tekstur pakan yang dikonsumsi unggas dapat berpengaruh terhadap bentuk paruh. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) bahwa di dalam paruh terdapat kelenjar saliva yang berguna untuk membasahi pakan agar mudah ditelan.
            Esophagus pada ayam jantan dan itik jantan masing-masing mempunyai panjang sebesar 4 cm dan 26 cm. Esophagus sendiri merupakan organ penghubung antara paruh dengan proventikulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnaeni (2006) yang menyatakan bahwa esophagus bertugas membawa makanan dari mulut ke lambung dengan bantuan gerakan peristaltik. Ditambahkan oleh Suprijatna et al., (2008) bahwa esophagus berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut (pharinx) ke proventrikulus.
            Tembolok pada ayam jantan dan itik jantan panjangnya masing-masing adalah 5 cm dan 4 cm. Tembolok pada itik terlihat tidak berkembang daripada ayam. Hal ini terjadi karena pakan yang dikonsumsi itik teksturnya lembek. Berbeda dengan ayam, yang pakannya berupa biji-bijian. Ayam menyimpan cadangan pakannya di dalam tembolok. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa tembolok itik tidak berkembang sebagaimana pada ayam. Ditambahkan oleh pendapat Suprijatna et al., (2008) bahwa tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan, sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut.
            Pakan yang berada di dalam tembolok (crop) tadi kemudian diteruskan ke proventrikulus dan ventrikulus (gizzard). Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil bahwa panjang proventrikulus pada ayam jantan dan itik jantan masing-masing 4 cm dan 5 cm. Sedangkan panjang gizzard pada ayam dan itik masing-masing adalah 5 cm dan 6,5 cm. Proventrikulus meruapakan saluran setelah esophagus dan merupakan organ yang mensekresikan protein dan lemak. Sedangkan gizzard merupakan kepanjangan dari organ proventrikulus yang berguna sebagai tempat penghancuran makanan. Hal ini sessuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa di dalam proventrikulus terjadi sekresi pepsinogen untuk membantu proses pencernaan protein dan sekresi HCl untuk membantu proses pencernaan lemak oleh glandular cell. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) bahwa fungsi utama dari empedal adalah memecah dan melumatkan pakan serta mencampurkannya dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne.
            Usus halus merupakan organ setelah gizzard. Usus halus dibagi menjadi tiga bagian yakni duodenum, jejunum dan ileum. Panjang duodenum, jejunum dan ileum pada ayam dan itik masing-masing adalah 18 cm, 45 cm, 9 cm dan 58 cm, 21 cm,    63 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa Usus halus (small intestine) dinamakan juga intestinum tenue terbagi menjadi tiga bagian yakni duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum terdapat pada bagian yang paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai lebih dari 24 cm. Pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak dan protein. Jejunum dan ileum merupakan kelanjutan dari duodenum. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna. Ditambahkan oleh Suprijatna et al., (2008) bahwa di dalam usus halus terjadi proses penyerapan sari-sari makanan dan merupakan tempat terjadi pencernaan secara sempurna.
            Pada saluran pencernaan ayam dan itik jantan ditemukan juga ceka, ceka ayam dan itik masing-masing mempunyai panjang 12 cm dan 12 cm pada ceka kanannya, dan panjang 11,5 cm dan 15 cm pada ceka kirinya. Berdasarkan pengamatan secara kasat mata, ceka pada itik bentuknya lebih berkembang daripada ceka pada ayam. Hal ini terjadi dikarenakan itik mempunyai daya digesti yang tinggi untuk mencerna serat kasar, sehingga cekanya berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa pada bagian sekum ceka, juga terjadi digesti serat kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam, sehingga ceka itik lebih berkembang daripada ayam. Ditambahkan oleh pendapat Suprijatna et al., (2008) bahwa di dalam ceka terjadi sedikit penyerapan air dan sedikit karbohidrat, protein dan serat dicerna berkat bantuan beberapa bakteri mikrobia.   
Panjang usus besar ayam jantan dan itik jantan adalah 9 cm dan 10,5 cm. Bentuk usus besar melebar dari saluran usus halus menuju ke kloaka. Kloaka meruapakan bagian akhir dari saluran pencernaan, berbentuk seperti tabung dan merupakan muara pertemuan antara tiga saluran. Panjang kloaka pada ayam jantan dan itik jantan masing-masing adalah 2,5 cm dan 2 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang berpendapat bahwa panjang usus besar bisa mencapai 10 cm. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian usus halus ke kloaka. Ditambahkan pula oleh pendapat Isnaeni (2006) bahwa kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital.
            Hati, pankreas dan empedu merupakan organ tambahan atau organ asesori dari sistem pencernaan pada unggas. Berturut-turut panjang dari hati, pankreas dan empedu pada ayam jantan dan itik jantan adalah 7 cm, 18 cm , 2 cm dan 7 cm, 11     cm , 3 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa organ tambahan pada unggas meliputi pankreas, hati dan lien (spleen). Meskipun dinamakan organ tambahan, namun fungsi organ ini sangat penting untuk mensekresikan enzim pencernaan. Ditambahkan oleh Suprijatna et al., (2008) bahwa hati dan pankreas membantu menghasilkan sekresi untuk pencernaan meskipun makanan yang masuk tidak melalui organ tersebut.




















4.2.2.   Sistem Respirasi Unggas
            Hasil pengamatan terhadap sistem respirasi pada ayam (unggas darat) dan itik (unggas air) adalah sebagai berikut :
 
















Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 8. Anatomi Sistem Respirasi Unggas
Keterangan :
1. Trakea                                            
2. Bronchus                                        
3. Broncheolus                                               
4. Syrinx                                             
5. Paru-paru


     Berdasarkan hasil praktikum pengamatan terhadap sistem respirasi ayam hampir sama dengan sistem respirasi itik. Sistem respirasi pada ayam terdiri dari trakea, bronchus, broncheolus dan paru-paru. Yang membedakan sitem respirasi ayam dengan sistem respirasi itik adalah pada itik terdapat syrinx yang terdapat pada batang tenggorokan. Syrinx merupakan bagian dari trakea yang menggelembung dan berfungsi sebagai pita suara. Syrinx antara itik jantan dan betina berbeda, dimana syrinx pada itik jantan berkembang sedangkan pada itik betina kurang berkembang. Syrinx pada itik jantan percobaan berwarna putih agak jernih dan berfungsi untuk pengeluaran suara sehingga suara itik jantan menjadi lebih nyaring dari pada itik betina. Syrinx menjadi pembeda yang jelas antara ayam dan itik pada sistem respirasi. Bronkus merupakan percabangan dari trakea. Trakea merupakan saluran pernafasan yang tersusun atas tulang rawan yang berbuku-buku. Broncheolus merupakan percabangan dari bronkus yang terletak di dalam paru-paru. Paru-paru maupun kantong udara berfungsi sebagai cooling mechanism (mekanisme pendinginan) bagi tubuh bila kelembaban dikeluarkan lewat pernapasan dalam bentuk uap air. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnaeni (2006) yang menyatakan bahwa sistem respirasi unggas terdiri dari nostril, trachea, syrinx, bronkus, brocheolus dan paru-paru. Ditambahkan oleh pendapat Suprijatna et al., (2008) bahwa apabila dibandingkan dengan mamalia, paru-paru ayam relatif lebih kecil secara proporsional dengan ukuran tubuhnya. Paru-paru tersebut mengembang dan berkontraksi hanya sedikit dan tidak terdapat diafragma sejati. Ditambahkan juga oleh pendapat dari Isnaeni (2006) yang menyatakan bahwa bentuk paru-paru seperti spons dan sifatnya elastis sehingga dapat menempati seluruh ruangan cafum thorax. Paru-paru dibatasi oleh tulang rusuk. dan merupakan organ vital dalam sistem pernafasan unggas, karena paru-paru merupakan pengatur sirkulasi udara dalam tubuh unggas.

4.2.3.   Sistem Reproduksi Unggas
4.2.3.1. Sistem Reproduksi Unggas Jantan
            Hasil pengamatan terhadap sistem reproduksi pada ayam jantan (unggas darat) dan itik jantan (unggas air) adalah sebagai berikut :


 








Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 9. Anatomi Sistem Reproduksi Unggas Jantan
Keterangan
1. Testis                                              
2. Vas deferens                                              
3. Kloaka
            Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa ayam jantan dan itik jantan memiliki saluran reproduksi meliputi dua buah testis yang letaknya di dorsal area rongga tubuh dan dekat dengan akhir anterior ginjal. Testis berbentuk seperti biji buah buncis dengan warna putih krem. Pada unggas tidak memiliki skrotum di sebelah luar tubuh seperti pada jenis ternak lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanto (2004) yang menyatakan bahwa testis terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cava atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Pada saat pengamatan, testis itik ukurannya lebih kecil dari testis ayam. Testis ayam jantan berukuran 4 cm, sedangkan testis itik jantan berukuran 1,5 cm. Hal ini terjadi karena itik yang menjadi bahan percobaan berat badannya sangat kurus. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa ukuran testis besarnya berbeda-beda menurut umur dan besarnya unggas.  Ditambahkan pula oleh Isnaeni (2006) bahwa testis berfungsi sebagai tempat pembentukan spermatogenesis dan sekresi hormon testoteron.
            Selain testis, organ lain yang termasuk dalam sistem reproduksi unggas jantan adalah vas deferens. Vas defferens merupakan saluran yang berfungsi menyalurkan sperma dan berhubungan dengan kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa sistem reproduksi unggas jantan sederhana sekali, yaitu terdiri dari dua testis yang masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang bernama vas deferens dan sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) bahwa saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang bersebelahan dengan urodeum dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan.

4.2.3.1. Sistem Reproduksi Unggas Betina
            Hasil pengamatan terhadap sistem reproduksi pada ayam betina (unggas darat) dan itik betina (unggas air) adalah sebagai berikut :


 








Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 10. Anatomi Sistem Reproduksi Unggas Betina
Keterangan                 
1. Oviduk                                                        6. Uterus                                            
2. Yolk                                                            7. Vagina                                            
3. Infundibulum                                              8. Kloaka
4. Magnum                                                      9. Ovarium
5. Ishtmus
            Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa sistem reproduksi ayam betina dan itik betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduk. Ovarium terletak pada rongga badan sebelah kiri. Di ovarium terdapat bulatan-bulatan yang disebut sebagai folikel. Pada pengamatan, dapat diamati folikel ayam berbeda dengan folikel itik terutama dilihat dari ukuran warnanya. Folikel ayam bewarna kekuning-kuningan dan besar, sedangkan pada itik folikelnya bewarna putih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa itik yang diamati belum memproduksi telur dan masih tergolong itik muda. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa ovarium ayam betina biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang berkembang, bewarna kuning besar (yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai kuning telur yang belum dewasa. Ditambahkan oleh pendapat dari Yuwanta (2004) bahwa pada unggas yang belum dewasa, ovarium dan oviduknya adalah kecil dan belum berkembang. Perkembangan folikel-folikel ovarium dirangsang oleh follicle stimulating hormone (FSH) dari kelenjar ptiutari anterior.
            Oviduk unggas betina merupakan pipa yang melipat yang sebagian besar terletak pada sisi bagian kiri rongga perut. Sama seperti di organ ovarium, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oviduk itik berukuran lebih kecil daripada oviduk ayam. Hal ini terjadi karena itik masih sangat muda sehingga oviduknya belum terlihat jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa pada seekor unggas yang belum dewasa, oviduk berukuran kecil. Ukuran oviduk meningkat pada saat ayam produktif dan besarnya selalu mengalami perubahan sejalan dengan aktivitasnya. Oviduk terbagi menjadi lima bagian, dimulai dari infundibulum yang befungsi untuk menangkap dan menelan yolk sehingga mengakibatkan yolk masuk ke dalam oviduk. Magnum, yang mensekresikan albumen. Isthmus, dimana  membran kerabang bagian dalam dan luar dibentuk disini sebagai suatu pembentukan kembali bentuk akhir dari telur. Uterus, yang merupakan kelenjar kerabang utama. Bagian berikutnya adalah vagina, disini kutikula ditimbun pada kerabang untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang. Dan bagian terakhir adalah kloaka yang fungsinya sebagai pengeluaran telur. Hal ini dibenarkan oleh pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa bagian-bagian yang terdapat dalam oviduk meliputi infundibilum (papilon), magnum, isthmus, uterus, vagina dan berujung di kloaka. Ditambahkan juga oleh pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa oviduk memiliki sistem penyediaan darah yang baik dan memiliki dinding-dinding otot yang hampir selalu bergerak selama pembentukan telur berlangsung.












4.2.4.   Sistem Urinari Unggas
            Hasil pengamatan terhadap sistem urinari pada ayam (unggas darat) dan itik (unggas air) adalah sebagai berikut :
 








            Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Ilustrasi 11. Anatomi Sistem Urinari Unggas
Keterangan
1. Ginjal                                             
2. Ureter                                             
3. Kloaka
            Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa sistem urinari ayam dan itik sama, yakni terdiri dari ginjal, ureter dan kloaka. Ginjal pada unggas berlokasi di belakang paru-paru dan menempel pada tulang punggung. Pada pengamatan, didapatkan hasil bahwa ukuran ginjal ayam berbeda dengan ukuran ginjal itik. Ukuran ginjal ayam relatif lebih kecil dari ginjal itik. Hal ini terjadi karena jenis bahan pakan yang dikonsumsi antara ayam dan itik berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Isnaeni  (2006) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara ukuran ginjal ayam dan ginjal itik. Ditambahkan oleh Suprijatna et al., (2008) bahwa ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal dan mempunyai fungsi untuk memproduksi urine melalui proses filtrasi darah dan reabsorpsi beberapa nutrien.
            Selain ginjal, organ urinari pada unggas yang lain adalah ureter dan kloaka. Ureter berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke urethra. Sedangkan kloaka berfungsi sebagai muara saluran urinari. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa suatu saluran, yaitu ureter menghubungkan masing-masing ginjal dengan kloaka. Urine pada unggas tersusun atas asam urat yang bercampur dengan feses pada kloaka dan keluar sebagai kotoran berupa material bewarna putih seperti pasta yang disebut ekskreta. Ditambahkan pula oleh pendapat dari Yuwanta (2004) bahwa kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan.

4.2.5.   Identifikasi Penyakit pada Unggas
            Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa ayam dan itik yang digunakan dalam praktikum tidak terdapat penyakit, menunjukkan ciri-ciri ternak yang sehat, aktif, mata bersinar sehingga ayam dan itik tersebut dapat dikatakan sehat. Penyakit pada ayam dan itik dapat terjadi melalui tangan, pakaian, alat-alat yang dipergunakan dalam pelayanan, dapat juga dari ternak ke ternak dan dari kelompok ke kelompok serta penularan lewat makanan.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa penetasan telur pada beberapa mesin penetas juga dapat menjadi perantara penularan penyakit. Selain ditularkan melalui hal-hal tersebut, beberapa serangga dan binatang lain seperti tikus, burung, siput dan lain-lain dapat juga membawa penyakit dan sebagai perantara penularan. Penyakit ternak ayam dapat ditularkan lewat hubungan antara ayam yang sakit dengan ayam yang sehat dan hubungan ayam yang sehat dengan tempat, perlengkapan dan lingkungan yang terinfeksi penyakit. Menurut Suprijatna et al. (2008) ternak ayam yang telah sembuh juga dapat bertindak sebagai penghantar penyakit (carrier) oleh karenanya perhatian terhadap ayam yang perlu ditingkatkan dan sebagaimana dikemukakan di atas pencegahan sangat dianjurkan sebelum penyakit masuk atau menyerang pada ternak ayam.

4.3.      Formulasi Ransum Ternak Unggas
Penyumbang energi dalam ransum diperoleh dari bahan seperti jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan dan premix. jagung sebagai penyuplai energi terbesar yaitu 3370 kkal/Kg. Kandungan energi metabolis akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi ternak. Jika energi metabolis tinggi maka ransum akan dikomsumsi dalam jumlah sedikit hal ini disebabkan dalam kualitas ransum yang sedikit terdapat energi yang besar.
Tabel 1. Formulasi Ransum
No
Bahan pakan
Tabel NRC
Komposisi
Ransum
Harga


Pk (%)
EM (kkal/kg)
(%)
PK
EM
(Rp/kg)
1.
Jagung giling
8,6
3370
55
4,73
1853,5
693
2.
Bekatul
12
2860
20
2,4
572
225
3.
Bungkil kedelai
48
2240
17
8,16
380,8
382,5
4.
Tepung ikan
72
3190
7
5,04
223,3
178,5
5.
Premix
-
-
1
-
-
45

Total



20,33
3029,6
1524,00
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012
Tabel 2. Hasil Organoleptik Bahan Pakan
Bahan Pakan
Bentuk
Tekstur
Warna
Bau
Jagung Giling
Bekatul
Bungkil kedelai

Tepung Ikan
Premix
Crumble
Mash
Crumble

Mash
Mash
Kasar
Halus
Kasar

Kasar
Halus
Kuning
Krem tua
Kuning kecoklatan
Coklat
Krem muda
Khas jagung
Khas bekatul
Khas kedelai
Amis

Khas premix
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data formulasi ransum untuk PK jagung giling sebesar 4,73%, bekatul 2,4%, bungkil kedelai 8,16%, dan tepung ikan 5,04%. Hal ini sesuai pendapat Mulyono (2004) bahwa pada periode starter gizi yang penting adalah untuk pertumbuhan. Gizi ini dapat diperoleh dari protein kasar (crude protein) kebutuhan protein 17%. Pemberian pakan dengan kandungan protein yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan, tidak menunjukkan peningkatan kecepatan pertumbuhan. Akan tetapi jika ayam diberi pakan dengan kadar protein yang lebih rendah akan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih lambat dan menimbulkan turunnya efisiensi penggunaan pakan. Ditambahkan Martawijaya (2004) bahwa bahan pencampuran atau bahan baku ransum ada berbagai jenis tetepi secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Bahan baku nabati yang diberikan umumnya biji-bijian. Bahan baku nabati merupakan sumber energi terbaik untuk itik dan cara pengadaannya relatif mudah. Sementara itu bahan baku hewani dapat diperoleh dengan memanfaatkan hewan yang ada disekitar lokasi peternakan misalnya bekicot, keong, katak, siput, dan cacing.









BAB V
KESIMPULAN
              Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa unggas dibagi menjadi dua jenis yaitu unggas darat dan unggas air. Pada unggas darat selaput (foot web) tidak berkembang sedangkan pada unggas air selaput (foot web) berkembang dengan baik. Pada umumnya unggas jantan memiliki feather sex untuk menarik pasangannya sedangkan unggas betina tidak.Sistem pencernaan pada ayam dan itik terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan karena makanan yang dikonsumsi itik lebih banyak mengandung air sedangkan makanan yang dikonsumsi ayam lebih lunak dan lebih mudah dicerna, misalnya berupa biji-bijian.Sistem resirasi pada ayam dan itik berbeda yaitu pada itik memiliki syrinx. Salah satu tujuan dalam penyusunan ransum adalah supaya didapatkan pakan dengan harga yang relatif murah namun dengan kualitas yang tinggi. 


           



DAFTAR PUSTAKA
Ichwan, W. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.

Martawijaya, E. 2004. Panduan Beternak Itik Petelur Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Mulyono, S. 2004. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudradjad. 2002. Ayam Bangkok. Penebar Swadaya. Jakarta

Suharno, B. 2006. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsonodan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. 
Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas Cetakan ke-5.Kanisius, Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar