LAPORAN PRAKTIKUM
RANSUM RUMINANSIA

Disusun
oleh:
KELOMPOK
VIII
Nashihatul Fuadah H2A 009 098
Renda Adrian H2A 009 099
Diah Permanasari H2A 009 100
Dimas Fahmi H2A 009 101
Dito Danang Jaya H2A 009 102
Hevyani Setyaningrum H2A 009 103
JURUSAN
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2011
JUDUL :
KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK

TUJUAN :
MENENTUKAN KECERNAAN BAHAN KERING DAN
BAHAN ORGANIK
SUATU SAMPEL BAHAN PAKAN
SECARA IN VITRO

PRINSIP : UNTUK
MENCARI KECERNAAN BAHAN KERING DAN
BAHAN
ORGANIK METODE TILLEY DAN TERRY
SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH HARIS DAN EGAN.
DALAM
METODE INI PROSES PENCERNAAN DIBAGI
DALAM
DUA TAHAP, FERMENTASI MIKROBA DAN
PENCERNAAN PROTEOLITIK.

HASIL DAN
PEMBAHASAN
·
Kecernaan
Bahan Kering (KcBK)
Hasil praktikum mengenai kecernaan bahan kering pada sampel jerami kacang tanah secara in vitro diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Kecernaan Bahan Kering
Sampel
|
KCBK (%)
|
KcBK 1
|
51,74
|
KcBK 2
|
60,02
|
Rata-rata KcBK
|
55,88
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Ransum Ruminansia, 2011.
Berdasarkan data di atas dan nilai kecernaan
bahan kering (KcBK) jerami kacang tanah sebesar 55,88%, penentuan standar dipengaruhi oleh unsur dari tanaman meliputi
kandungan unsur-unsur dari tanaman dan umur saat panen, serta perlakuan yang
dilakukan sesuai dengan pendapat Whiteman (1980) yang
menyatakan bahwa semakin meningkat umur tanaman, proporsi bagian yang dapat
dicerna seperti karbohidrat, protein, isi sel lainnya cenderung menurun,
sebaliknya proporsi yang sukar dicerna seperti lignin, kutikula, dan silika
meningkat. Ditambahkan oleh Ranjhan (1981) bahwa kecernaan tergantung pada kecepatan
pengeluaran pakan dari saluran pencernaan, apabila pakan dalam saluran
pencernaan lebih lama dan terjadi pembongkaran oleh mikrobia dan
enzim pencerna, maka kecernaan akan lebih tinggi.
Kecernaan
bahan kering pada suatu sampel bahan pakan perlu diketahui untuk digunakan
dalam menentukan nilai suatu sampel bahan pakan tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Tilman
et al., (1998) bahwa kecernaan suatu bahan pakan sangat penting diketahui
karena dapat digunakan untuk menentukan nilai atau mutu suatu bahan pakan.
Hartadi et al., (1990) menambahkan kandungan
nutrient jerami kecang tanah terdiri atas: bahan kering (BK) 86%; protein kasar
(PK) 12,6%; lemak kasar (LK) 2,3%; serat kasar (SK) 25,8%; abu 10,6%; dan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 34,7%. Usaha untuk meningkatkan kualitas pakan dilakukan dengan
meningkatkan kecernaan melalui pengolahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Davidex
et al. (1992) yang menyatakan adanya suatu hubungan antara kecernaan
suatu ransum dengan tingkat konsumsi pakan pada ternak ruminansia. Makin tinggi
kecernaan suatu pakan maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi pakannya.
·
Kecernaan Bahan Organik (KcBO)
Tabel 2. Kecernaan Bahan Organik
Sampel
|
KCBO(%)
|
KcBO 1
|
42,17
|
KcBO 2
|
54,37
|
Rata-rata KcBO
|
48,27
|
Sumber : Data Primer Praktikum Ransum
Ruminansia, 2011.
Berdasarkan
hasil yang diperoleh kecernaan bahan organik jerami kacang tanah dalam proses
in vitro yaitu 48,27% kecernaan in vitro bahan organik jerami kacang
tanah yang diperoleh dapat dikatakan tinggi karena standar kecernaan bahan
organik pada ternak ruminansia rata-rata antara 40%. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Arinita (2010) yang menyatakan bahwa kecernaan bahan organik pada
ternak ruminansia terutama pada ternak pseudoruminan
berkisar antara 30-40%. Perubahan komposisi kimia zat-zat makanan akibat dari
unsur tanaman berpengaruh dalam kecernaan bahan organik. Komponen zat-zat
makanan yang mudah dicerna seperti protein menurun, sedang komponen-komponen
yang sukar dicerna seperti ADF, NDF, selulosa, dan lignin
meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat (Bula (1977) dalam Crowder dan Chheda 1982) yang menyatakan bahwa
perbedaan nilai kecernaan suatu bahan pakan berhubungan dengan perubahan
komposisi kimia, bagian-bagian yang berserat, lignin, dan kandungan silika yang
timbul sebagai akibat dari perbedaan dalam spesies dan genotipe, tingkat
pertumbuhan, kondisi lingkungan, tempat tumbuh, dan sistem manajemennya.
Standar KcBO yang juga dipengaruhi oleh aktivitas mikroba serta pH dalam rumen
sesuai dengan pendapat Ensminger et
al., (1990) adapun faktor yang mempengaruhi hasil
kecernaan secara in vitro
adalah: 1) temperatur inkubasi; 2) cairan rumen; 3) “buffer” yang digunakan; 4)
jumlah goyangan yang digunakan selama inkubasi; 5) bentuk sampel; dan 6)
variasi komponen dalam pakan.
KESIMPULAN
Kecernaan bahan kering dan kecernaan
bahan organik secara in vitro pada
sampel yaitu jerami kacang tanah tergolong tinggi.
Perubahan komposisi kimia zat-zat makanan akibat dari meningkatnya umur tanaman. Komponen
zat-zat makanan yang mudah dicerna seperti protein menurun, sedang
komponen-komponen yang sukar dicerna seperti ADF, NDF, selulosa,
dan lignin meningkat. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil
kecernaan secara in vitro sendiri adalah temperatur inkubasi, cairan
rumen, buffer yang digunakan, jumlah
goyangan yang digunakan selama inkubasi, bentuk sampel, dan variasi komponen
dalam pakan.

DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L.V.
and H. R. Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman, London.
Davidex J,
Velisek J, Pokarny J. 1992. Chemical
Change During Food Processing. New York: Elsevier Science
Publishing Co., Inc.
Ensminger,
M. E., J. E. Old Field and W. W. Heineman. 1990. Feeds and Nutrition Formely,
Feeds and Nutrition Complete. 2nd Ed. The Ensminger Publishing. Co.,
California.
Ranjhan, S. K. 1981. Animal Nutrition and Feeding Practice. Vikas
Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekotjo.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar Cet V. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Whiteman, P.C.
1980. Tropical Pasture Science. Oxford University Press.
Wahyuni Arinita.
2010. Dalam skripsi Pengaruh Substitusi Jerami Kacang Tanah dan Silase
daun Pisang terhadap Kecernaan Bahan Kering dan kecernaan bahan organik pada
Ternak Ruminansia dan Pseudoruminansia . Universitas Sebelas Maret. Solo.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar BK/BO Sampel
Tabel 1. Penentuan
Kadar BK/BO sampel
No. Sampel
|
berat sampel
|
Berat CP
|
Berat setelah oven
|
berat cawan tanur
|
Berat kertas saring
|
Blanko I
|
19,2599
|
20,2768
|
19,2609
|
1,0279
|
|
Blanko II
|
22,1774
|
23,1904
|
22,1781
|
1.0273
|
|
I
|
0,2837
|
19,8983
|
21,1448
|
19,9018
|
1,0181
|
II
|
0,2727
|
18,6258
|
19,8983
|
18,6296
|
1,0371
|
K.A I
|
0,2685
|
13,1016
|
13,8976
|
13,1903
|
|
K.A II
|
0,2589
|
12,1465
|
13,0592
|
12,2264
|
|
Perhitungan bahan kering :





= 79.58%





= 90.88%

2
Lampiran 1. Perhitungan Kadar BK/BO Sampel (Lanjutan)
BK
Residu (I) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 21.1448 

= 0.2284 gram
BK
Blanko (I) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 20.2768 

= -0.011 gram diabaikan karena negatif



= 51.74%
BK
Residu (II) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 19.8533 

= 0.1904 gram
BK
Blanko (II) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 23.1904 

= -0.0143 gram diabaikan karena negatif



= 60.02%


= 70.71%
Lampiran 2. Perhitungan Kecernaan BK/BO Sampel (Lanjutan)
BO
Residu (I) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 21.1448 

= 1.243 gram
BO
Blanko (I) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 20.2768 

= 1.0159 gram



= 42.17%


= 82.92%
BO
Residu (II) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 19.8533 

= 1.2237 gram
BO
Blanko (II) = Setelah Oven
Setelah Tanur

= 23.1904 

= 1.0123 gram



= 54.37%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar