Minggu, 23 November 2014

Laporan Penyuluhan dan Komunikasi, Undip 2013



LAPORAN PRAKTIKUM
PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI
Peternakan Domba di Dusun Mendongan, Desa Sumawono, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang



Description: logo_undip_hitam_putih



Disusun oleh :
Kelompok IIA
Rahmah Dwi Shafrina                       23010111120003
Samatha Dana Paramita                    23010111120018
Serly Monica                                       23010111120039
Sri Irianing                                          23010111120023
M. Yody Abuyusuf                             23010111130129
Firdha Rosemalinda P                       23010111130140
Hendhita Reski Wahyutea                 23010111130136
Siti Nurul H.M.                                   23010111130149





JURUSAN S1-PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
            Penyuluhan merupakan segala usaha untuk mengubah perilaku orang sampai mau dan mampu melaksanakan perubahan melalui pendidikan (non-formal), agar orang tersebut menjadi lebih produktif (better farming), lebih untung (better business) dan lebih baik dan layak hidup serta sejahtera (better living). Metode penyuluhan merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengerjakan  sesuatu dengan langkah sistematik (terencana, teratur, terarah dan berurutan). Penyuluhan kepada petani dan peternak dilakukan bermanfaat untuk mengembangkan pola berpikir, untuk mengatasi masalah dan mengembangkan kreatifitas dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Penyuluhan kepada petani dan peternak juga dapat membuat maju suatu usaha peternakan dan meningkatnya keuntungan yang diperoleh sehingga dapat mensejahterakan
            Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia. Daerah penyebaran ternak domba luas mulai dari daerah dataran rendah di pinggir pantai hingga dataran tinggi di pegunungan. Domba dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi manusia dengan penyediaan daging, susu, kulit dan pupuk organik.
            Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh peternak di lapangan, sehingga kita dapat memberikan solusi untuk memecahkan masalah. Manfaat praktikum ini agar mahasiswa dapat membuat suatu program penyululugan dan mengetahui secara benar cara untuk menyampaikannya. 

BAB II
KEADAAN UMUM
2.1.      Kondisi Wilayah
            Dusun Mendongan, Desa Sumowono merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Dusun Mendongan ini terletak di daerah dataran tinggi yang memiliki suhu 24oC. Peternakan berada dekat dengan pemukiman penduduk sekitar. Sekitar peternakan juga ditumbuhi dengan beberapa tanaman dan lahan pertanian warga. Jalan menuju peternakan hanya dapat dilalui dengan mobil kecil dan motor, truck dan kendaraan besar lainnya tidak dapat melalui jalan menuju peternakan karena jalannya tidak terlalu besar. Beberapa peternakan domba disana bersebelahan dengan peternakan unggas. Di dusun tersebut terdapat beberapa jenis ternak yaitu sapi potong, sapi perah, unggas, kambing dan domba. Masyarakat sekitar juga membuat peternakan kelinci dan lele. Dusun ini memiliki fasilitas seperti koperasi, KTT, puskesmas, sekolahan, paud, warung dan tempat ibadah. Sumber air bersih di dusun Mendongan sangat baik karena dusun ini merupakan dataran tinggi sehingga airnya jernih dan bersih.
2.2.      Kondisi Sosial Ekonomi Wilayah
2.2.1.   Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir masyarakat dusun Mendongan beragam mulai dari SD, SMP, SMA namun terdapat warga yang sarjana. Perekonomian di dusun Mendongan berjalan dengan baik, terjadi perputaran uang yang baik di daerah ini. Peternakan di daerah ini sudah di kontrak oleh beberapa perusahaan seperti super indo dan lotte mart untuk memasok daging domba dan kambing.
2.2.2.   Mata Pencaharian
            Dusun Mendongan, Desa Sumowono merupakan dataran tinggi sehingga sebagian besar penduduk sekitar memiliki mata pencarian dari kegiatan bertani dan berternak, namun tidak hanya itu terdapat sebagian warga yang memiliki pekerjaan lain.
2.3.      Kondidsi Peternakan
2.3.1.   Kondisi Peternakan Milik Bapak Istiadi
            Awal memiliki peternakan, modal yang didapat bapak Istiadi berupa pinjaman. Usaha peternakan ini merupakan mata pencaharian utama bagi bapak Istiadi. Usaha peternakan domba ini telah dijalankan sekitar kurang lebih 6,5 tahun. Peternakan domba milik bapak Istiadi memiliki jumlah domba sekitar 30 ekor domba dengan 11 pejantan dan 19 betina. Perawatan yang diberikan bapak Istiadi terhadap ternaknya cukup baik, pakan yang diberikan berupa hijauan yaitu rumput dan daun wortel. Pakan seperti ketela dan bekatul diberikan saat ternak akan dijual untuk menambah bobot badan. Pakan yang diberikan hanya berupa hijauan saja, sebelumnya pernah diberikan  pakan fermentasi namun hasilnya tidak memuaskan karena ternak banyak yang mati dan produksi susu berkurang pada ternak domba betina sehabis melahirkan. Penambahan bobot badan mempengaruhi harga penjualan saat domba akan dipanen atau dijual. Harga yang diberikan tergantung besar kecilnya ternak. Untuk program kawin, domba di peternakan bapak Istiadi masih menggunakan metode kawin alami. Untuk kesehatan, penyakit yang pernah dialami ternak domba di peternakan ini adalah kembung dan diare, namun penanganan yang diberikan belum baik. Ternak yang terkena penyakit langsung disembelih tidak dilakukan penanganan dengan pemberian obat terlebih dahulu.
2.3.2.   Kondisi Peternakan Milik Bapak Subandi
            Awal memiliki peternakan domba, bapak Subandi diberikan modal oleh negara. Peternakan domba yang dimiliki bapak Subandi  berjumlah 150 ekor dengan 30 pejantan, 70 betina dan sisanya anakan. Jenis peternakan milik bapak Subandi merupakan usaha pembibitan. Di peternakan milik bapak Subandi ini kandangnya lebih terawat, ukuran kandang 8 x 20 m. Pakan yang diberikan yaitu hijauan berupa rumput dan daun wortel. Metode perkawinan yang digunakan juga masih menggunakan metode kawin alami. Penjualan yang dilakukan tidak menentu, sesuai dengan permintaan saja. Namun, untuk usaha terbaru setiap minggunya bapak Subandi memasok daging domba ke sebuah supermarket yang ada di Semarang. Penyakit yang pernah dialami ternak sama dengan peternakan sebelumnya yaitu kembung dan diare, tetapi sama belum ada penanganan yang baik untuk mengatasi masalah penyakit tersebut. Ternak yang sakit langsung disembelih tidak diobati terlebih dahulu.
2.3.3.   Kondisi Peternakan Milik Bapak Arifin
            Peternakan domba yang dimiliki bapak Arifin sebanyak 25 ekor dengan 10 pejantan dan 15 betina. Jenis peternakan yang dimiliki yaitu pembibitan. Perawatan ternak domba yang diberikan bapak Arifin sudah cukup baik. Pakan yang diberikan juga sama dengan sebelumnya yaitu hanya diberikan hijauan berupa rumput dan daun wortel. Model perkawinan yang dilakukan juga masih sama dengan menggunakan metode kawin alami. Penyakit yang pernah dialami ternak yaitu diare namun penanganan yang dilakukan juga sama dengan cara langsung menyembelih ternak tanpa memberikan obat terlebih dahulu.
2.3.4.   Kondisi Peternakan Milik Bapak Mulasin
            Peternakan domba milik bapak Mulasin memiliki jumlah ternak sebanyak 50 ekor dengan 20 pejantan dan 30 betina. Metode perkawinan yang dilakukan masih sama yaitu dengan cara kawin alami belum ada yang menggunakan inseminasi buatan. Pakan yang diberikan yaitu hijauan berupa rumput dan daun wortel. Perawatan utnuk ternak yang dimiliki sudah cukup baik dengan memberikan pakan dan minum tepat waktu. Penjualan yang dilakukan tidak menentu hanya saat ada pesanan saja. Penjualan terbanyak terjadi saat hari raya besar dengan permintaan cukup banyak dari biasanya. Penyakit yang dialami juga sama yaitu kembung dan diare dengan penanganan langsung disembelih tanpa diberikan obata atau penanganan lain terlebih dahulu.
2.3.5.   Kondisi Peternakan Milik Bapak Sugiono
            Awal memiliki peternakan domba modal usaha yang didapatkan yaitu berupa peminjaman uang dari bank. Jumlah ternak domba yang dimiliki sekarang sebanyak 64 ekor dengan 17 pejantan dan sisanya betina. Model perkawinan yang dilakukan juga masih sama yaitu dengan metode kawin alami. Pakan yang diberikan yaitu hijauan berupa rumput dan daun wortel. Pemberian paka dilakukan satu hari dua kali yaitu pagi dan sore hari. Minum yang diberikan secara ad libitum dan didapatkan dari sumber air sekitar desa.  Penyakit yang pernah dialami adalah mencret. Penanganan penyakit juga sama belum ada tindakan yang baik, tindakan yang dilakukan saat ternak sakit langsung disembelih tanpa diberikan obat atau penanganan lain.

2.4.      Potensi Sumber Daya Alam
            Potensi sumber daya alam yang ada disekitar peternakan yaitu banyaknya kebun sayur dan buah-buhan yang memiliki hasil samping berupa limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dusun Mendongan memliki banyak lahan kosong yang ditumbuhi rumput sehingga pencarian pakan tidak sulit. Untuk kebutuhan pakan hijauan dan limbah pertanian tidak sulit dicari diskitar dusun Mendongan ini karena ketersediaannya yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Ketersediaan air juga banyak karena adanya sumber air di dekat peternakan sehingga memudahkan peternak untuk memberikan minum kepada ternak secara ad libitum.





BAB III
PERUMUSAN MASALAH
3.1.      Identifikasi Masalah
            Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan wawancara yang dilakukan kepada peternak secara langsung dengan dibantu pengisian kuisioner, didapatkan berbagai masalah diantaranya ternak sakit biasanya tidak di obati lebih lanjut karena keterbatasan ilmu untuk menanganinya. Penyakit yang biasanya menyerang ternak domba di dusun tersebut yaitu diare dan kembung. Penanganan awal yang yang dilakukan peternak dengan menggunakan obat tetapi jika dalam beberapa hari ternak tidak sembuh maka ternak akan di sembelih. Masalah kedua yaitu tidak adanya modal yang cukup untuk memajukan suatu peternakan yang besar, bantuan dari pemerintah belum sampai kepada dusun Mendongan. Masalah ketiga yaitu peternak di dusun Mendongan tidak mengetahui tentang insiminasi buatan, selama ini peternak hanya mengandalkan kawin alami, sehingga peternak perlu memelihara ternak jantan. Sehingga penulis menentukan tema mengenai penanganan penyakit dan pengenalan insiminasi buatan terhadap tenak kepada peternak dusun Mendongan.
3.2.      Penetapan Masalah
            Berdasarkan masalah yang dihadapi, peternak kurang memiliki pengetahuan yang banyak tentang kesehatan hewan salah satunya penanganan awal penyakit yang diderita ternak. Penyakit yang menyerang ini biasanya karena pengaruh pemberian pakan. Cara yang dilakukan peternak agar menghindari ternak terserang diare dan kembung yaitu dengan melayukan hijauan yang akan di berikan kepada ternak, sehingga kadar air yang terkandung tidak setinggi jika hiauan tersebut diberikan secara segar kepada ternak. Kembung perut terjadi akibat pembentukan gas dalam lambung secara berlebihan dan dalam waktu yang cepat, tetapi gagal dikeuarkan dalam rumen (Subronto, 1985). Gejala dari kembung yaitu hewan gelisah karena sakit, sulit bernafas, sisi tubuh bagian kiri membesar menonjol ke luar dan ke atas. Diare merupakan pertanda terjadinya gangguan pada saluran pencernaan. Gejala pada penyakit diare yaitu ternak menjadi sangat lemah dan feses menjadi berwarna hijau
            Masalah lain yaitu tentang inseminasi buatan, ternak domba mempunyai peranan sangat penting dalam menyediakan daging dan meningkatkan pendapatan peternak, sehingga populasi dan produksinya perlu diperhatikan, dengan cara meningkatkan keberhasilan kebuntingan dan memperpendek interval kelahiran. Salah satu indikator performans reproduksi ternak betina adalah keberhasilan kebuntingan, yang erat kaitannya dengan metode perkawinan. Peternak yang masih menggunakan cara dengan perkawinan secara alami ini menghasilkan kebuntingan yang rendah karena penanganan ternak-ternak yang dikawinkan atau pejantan yang ada pada kelompok betina tersebut tidak seimbang. Maka dari itu penerapan inseminasi buatan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan daya guna pejantan, karena dalam satu kali ejakulasi dapat mengawini ternak betina dalam jumlah banyak (Lubis, 1992). Perkawinan dengan inseminasi buatan dapat meningkatkan keberhasilan kebuntingan, karena inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi reproduksi dalam pengembangan ternak yang dapat memberikan gambaran bahwa penggunaan pejantan dapat lebih efisien dan lebih efektif (Toelihere, 2003). Peningkatan produksi ternak melalui teknologi inseminasi buatan sangat cepat, hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan inseminasi buatan selain inseminator mempunyai keterampilan baik dalam menginseminasi, juga ternak betina yang diinseminasi benar-benar dalam keadaan estrus dan siap untuk menerima sperma.












BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1.      Materi Penyuluhan
            Materi yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang dihadapi peternak domba di Dusun Mendongan mengenai keterbatasan jumlah domba namun tingginya permintaan konsumen adalah dengan melakukan penyuluhan dengan pemberian materi tentang tata laksana mengenai inseminasi buatan, sehingga tingkat kelahiran akan meningkat serta dapat meningkatkan daya guna pejantan, karena dalam satu kali ejakulasi dapat mengawini ternak betina dalam jumlah banyak. Dalam penyampaian materi penyuluhan mengenai inovasi teknologi ini diharapkan dapat membuat sasaran dapat melakukan perubahan yang ingin peternak lakukan. Sehingga diharapkan bahwa materi penyuluhan yang diberikan akan berpengaruh pada sikap sasaran terhadap materi yang sedang disuluhkan, yang berisi tentang pengenalan teknologi baru, karena diharapkan peternak mau untuk menerima dan mau untuk melakukan adopsi teknologi baru tersebut (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).  Materi Penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi hukum dan kelestarian lingkungan (PERMENTAN, 2009).



4.2.      Metode Penyuluhan
    Metode yang dapat dilakukan untuk penyampaian materi penyuluhan adalah dengan metode demonstrasi dan diskusi kelompok. Pemilihan diskusi kelompok sebagai metode penyuluhan dikarenakan  diskusi membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat dengan jumlah anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5-20 orang (Mardiningsih, 2009). Pemilihan metode diskusi kelompok ini dipilih karena memudahkan anggota untuk berinteraksi dan memudahkan penyuluh untuk mengkoordinasi jalannya diskusi, interaksi antarpeternak ini sangatlah penting untuk menentukan penerapan suatu inovasi berupa inseminasi buatan dan perubahan sikap kelompok. Diskusi membantu peternak agar sadar akan timbulnya perasaan yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan membantu anggota laimya dalam pemecahan masalah dan mempengaruhi perilaku peserta kelompok (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Metode kelompok ini akan lebih akan berpengaruh pada sasaran apabila disampaikan dalam bentuk kombinasi, yaitu selain menggunakan metode penyuluhan dengan diskusi, digunakan pula metode penyuluhan dengan demonstrasi. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi peternak (Mardiningsih, 2009). Demonstrasi mempunyai keuntungan karena peternak dapat melihat sendiri penerapan suatu metide dan mengetahui keuntungan dan kekurangan suatu inovasi. Peternak cenderung mengubah perilaku sesuai dengan yang disuluhkan jika mereka berkesempatan mendiskusikan yang mereka amati dengan demontrasi bersama anggota lain dari kelompoknya dan dengan penyuluh.
4.3.      Media Penyuluhan
            Media yang dipilh adalah media cetak berupa leaflet. Leaflet merupakan media cetakan yang berupa lembaran kertas cetak yang dapat dilipat menjadi 2 halaman atau lebih, berisi tentang penyampaian informasi yang jelas karena media ini mampu menguasai ruang dan waktu sehingga dapat dibaca dimana saja dan kapanpun (BKKBN, 2012). Adapun sifatnya dari media leaflet yaitu dapat dibaca ulang lagi dirumah untuk mengingatkan kembali tentang materi-materi yang telah diberikan selama penyuluhan berlangsung (Suiraoka et al., 2010).
4.4.      Evaluasi
            Evaluasi yang dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan adalah dengan memberikan pretest yaitu dengan memberikan pertanyaan sebelum terlaksananya penyuluhan dan postest yaitu dengan memberikan pertanyaan yang dilakukan sesudah dilakukannya penyuluhan agar keberhasilan dari sebuah penyuluhan yang dilakukan dapat diketahui. Tujuan dari evaluasi ini adalah agar dapat diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah suatu program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan (Mardiningsih, 2009). Berdasarkan hasil evaluasi itu kemudian diambil keputusan, apakah suatu program akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan diganti sama sekali.  Menggunakan desain “pre-then-post evaluation” untuk mengidentifikasi perubahan perilaku sasaran dapat memberikan bukti yang cukup mengenai dampak dari sebuah program dan akan sangat membantu para penyuluh untuk mengetahui bagaimana efek perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya program penyuluhan pertanian dalam kehidupan masyarakat (Setiana, 2005).
4.4.1.   Pretest
1.    Berapa jumlah populasi ternak yang dimiliki (jantan & betina)?
2.    Bagaimana potensi peternakan disini?
3.    Apa saja fasilitas yang ada di desa ini untuk pemenuhan kebutuhan ternak?
4.    Sistem perkawinan apa yang dilakukan terhadap ternak?
5.    Berapa lama jangka waktu dari ternak tersebut dikawinkan sampai bunting?
4.4.2.   Postest
1.    Apa yang bapak ketahui mengenai inseminasi buatan?
2.    Bagaimanakah cara inseminasi buatan dilakukan?
3.    Berapa lama jangka waktu dari ternak tersebut setelah dilakukannya            inseminasi buatan sampai ternak tersebut bunting?
4.    Apa keunggulan dari sisitem perkawinan dengan inseminasi buatan?

4.4.3.      Pelaksanaan Program Penyuluhan
            Materi penyuluhan yang digunakan penyuluh dalam melakukan penyuluhan adalah pencegahan penyakit diare pada ternak dan insemniasi buatan. Metode penyuluhan yang digunakan adalah obesrvasi pertama (pretest) dilakukan sebelum dilakukannya pemberian materi yang terkait. Observasi kedua (posttest) untuk variabel pengetahuan dan sikap yang dilakukan setelah pemberian materi yang terkait. Media yang digunakan yaitu berupa leaflet untuk menarik peserta penyuluh agar dapat membaca kembali materi yang disampaikan dirumah atau dimana saja sehingga pemberian materi yang diberikan saat pertemuan dapat diulang kembali dan dapat dipraktekkan sesuai yang telah diberikan. Pelaksanaan program penyuluhan dilaksanakan di Dusun Mendongan, Desa Sumowono, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada Bulan November 2013. Pelaksanaan program ini dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Evaluasi dari pelaksanaan program penyuluhuan ini yaitu perlu diadakan penyuluhan yang berkelanjutan mengenai penanganan diare dan inseminasi buatan kepada peserta penyuluhan secara bergantian dengan memulai pada satu materi kemudian dilanjutkan materi kedua setelah peserta lebih mengerti dan menguasai materi pertama.

4.5.               Naskah Materi Penyuluhan
Judul: “Penanganan Pertama Saat Terjadi Penyakit Diare dan Pengetahuan Tentang Inseminasi Buatan”
Materi yang disampaikan:
1.                  Penanganan pertama saat ternak terkena diare
2.                  Pengetahuan inseminasi buatan


BAB V
SIMPULAN
5.1.      Simpulan
Penyuluhan yang dilakukan kepada peternak domba di Dusun Mendongan ini adalah pemberian materi penyuluhan mengenai inseminasi buatan dengan metode siskusi kelompok dan juga demonstrasi sehingga peternak dapat saling berinteraksi serta dapat langsung dapat langsung melihat sendiri penerapan metode inseminasi buatan dan mengetahui keuntungan dan kekurangannya. Masalah yang terjadi di Dusun Mendongan timbul karena kurangnya pengetahuan tentang sistem perkawinan ternak yang efisien namun dengan hasil produksi yang jauh lebih tinggi sehingga akan lebih mudah memenuhi permintaan konsumen yang tinggi. Media penyuluhan yang digunakan dengan menggunakan pamphlet sehingga lebih efektif, murah, dapat ditempel di tempat yang strategis dan dapat disimpan apabila dibutuhkan kembali sewaktu-waktu oleh peternak.






DAFTAR PUSTAKA


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Direktorat Bina Ketahanan Remaja, Jakarta.
Lubis, M.A., 1992. Bioteknologi Reproduksi Peternakan Dalam Menunjang Perbaikan Mutu Genetik Ternak di Indonesia. Buletin Peternakan Edisi Khusus. BPPT. Jakarta

Mardiningsih, D. 2009. Efektivitas Penyuluhan Dengan Metode Komunikasi Langsung Dalam Usaha Meningkatkan Pengetahuan Peternak. Hal 52-57.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 25/Permentan/OT.140/5/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian.

Subronto. 1985. Ilmu penyakit ternak. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Suiraoka, I.P., G.A. Dewi Kusumayanti dan I.W. Juniarsana. 2010. Penyuluhan Gizi dengan Media Leaflet Kadarzi dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi Ibu Balita. Jurusan Gizi Poltekkes, Denpasar.
Toelihere, 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Van Den Ban, A, W., dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit     Kanisius.Yogyakarta.




















LAMPIRAN
Tabel pendidikan
No.
Nama
Umur
Pendidikan
Jumlah Ternak
Masalah
1.
Istiadi
48 tahun
SD
30 ekor
Penanganan saat terkena diare dan kembung
2.
Subandi
37 tahun
Sarjana
150 ekor
Penanganan saat terkena diare dan kembung
3.
Arifin
45 tahun
SMP
25 ekor
Penanganan saat terkena diare
4.
Mulasin
50 tahun
SD
50 ekor
Penanganan saat terkena diare dan kembung
5.
Sugiono
42 tahun
SD
64 ekor
Penanganan saat terkena diare dan kembung
Sumber: Data Primer Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar