LAPORAN
PRAKTIKUM
PENYULUHAN
DAN KOMUNIKASI
Peternakan
Domba di Dusun Mendongan, Desa Sumawono, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang

Disusun oleh :
Kelompok IIA
Rahmah Dwi
Shafrina 23010111120003
Samatha Dana Paramita 23010111120018
Serly Monica 23010111120039
Sri Irianing 23010111120023
M. Yody Abuyusuf 23010111130129
Firdha Rosemalinda P 23010111130140
Hendhita Reski Wahyutea 23010111130136
Siti Nurul H.M. 23010111130149
JURUSAN
S1-PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Penyuluhan
merupakan segala usaha untuk mengubah perilaku orang sampai mau dan mampu
melaksanakan perubahan melalui pendidikan (non-formal), agar orang tersebut
menjadi lebih produktif (better farming), lebih untung (better business) dan
lebih baik dan layak hidup serta sejahtera (better living). Metode penyuluhan
merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengerjakan sesuatu dengan langkah sistematik (terencana,
teratur, terarah dan berurutan). Penyuluhan kepada petani dan peternak
dilakukan bermanfaat untuk mengembangkan pola berpikir, untuk mengatasi masalah
dan mengembangkan kreatifitas dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada.
Penyuluhan kepada petani dan peternak juga dapat membuat maju suatu usaha peternakan
dan meningkatnya keuntungan yang diperoleh sehingga dapat mensejahterakan
Domba
merupakan salah satu jenis ternak ruminansia. Daerah penyebaran ternak domba
luas mulai dari daerah dataran rendah di pinggir pantai hingga dataran tinggi
di pegunungan. Domba dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi manusia
dengan penyediaan daging, susu, kulit dan pupuk organik.
Tujuan praktikum ini adalah untuk
mengetahui masalah yang dihadapi oleh peternak di lapangan, sehingga kita dapat
memberikan solusi untuk memecahkan masalah. Manfaat praktikum ini agar
mahasiswa dapat membuat suatu program penyululugan dan mengetahui secara benar
cara untuk menyampaikannya.
BAB
II
KEADAAN
UMUM
2.1. Kondisi Wilayah
Dusun Mendongan, Desa
Sumowono merupakan salah
satu desa yang berada di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Dusun
Mendongan ini terletak di daerah dataran tinggi yang memiliki suhu 24oC.
Peternakan berada dekat dengan pemukiman penduduk sekitar. Sekitar peternakan
juga ditumbuhi dengan beberapa tanaman dan lahan pertanian warga. Jalan menuju
peternakan hanya dapat dilalui dengan mobil kecil dan motor, truck dan
kendaraan besar lainnya tidak dapat melalui jalan menuju peternakan karena
jalannya tidak terlalu besar. Beberapa peternakan domba disana bersebelahan
dengan peternakan unggas. Di dusun tersebut terdapat beberapa jenis ternak
yaitu sapi potong, sapi perah, unggas, kambing dan domba. Masyarakat sekitar
juga membuat peternakan kelinci dan lele. Dusun ini memiliki fasilitas seperti
koperasi, KTT, puskesmas, sekolahan, paud, warung dan tempat ibadah. Sumber air
bersih di dusun Mendongan sangat baik karena dusun ini merupakan dataran tinggi
sehingga airnya jernih dan bersih.
2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Wilayah
2.2.1. Tingkat
Pendidikan
Pendidikan terakhir masyarakat dusun Mendongan
beragam mulai dari SD, SMP, SMA namun terdapat warga yang sarjana. Perekonomian
di dusun Mendongan berjalan dengan baik, terjadi perputaran uang yang baik di
daerah ini. Peternakan di daerah ini sudah di kontrak oleh beberapa perusahaan
seperti super indo dan lotte mart
untuk memasok daging domba dan kambing.
2.2.2. Mata Pencaharian
Dusun Mendongan, Desa
Sumowono merupakan dataran
tinggi sehingga sebagian besar penduduk sekitar memiliki mata pencarian dari
kegiatan bertani dan berternak, namun tidak hanya itu terdapat sebagian warga
yang memiliki pekerjaan lain.
2.3. Kondidsi Peternakan
2.3.1. Kondisi
Peternakan Milik Bapak Istiadi
Awal memiliki peternakan, modal yang didapat bapak Istiadi berupa pinjaman.
Usaha peternakan ini merupakan mata pencaharian utama bagi bapak Istiadi. Usaha
peternakan domba ini telah dijalankan sekitar kurang lebih 6,5 tahun. Peternakan
domba milik bapak Istiadi memiliki jumlah domba sekitar 30 ekor domba dengan 11
pejantan dan 19 betina. Perawatan yang diberikan bapak Istiadi terhadap
ternaknya cukup baik, pakan yang diberikan berupa hijauan yaitu rumput dan daun
wortel. Pakan seperti ketela dan bekatul diberikan saat ternak akan dijual
untuk menambah bobot badan. Pakan yang diberikan hanya berupa hijauan saja,
sebelumnya pernah diberikan pakan
fermentasi namun hasilnya tidak memuaskan karena ternak banyak yang mati dan
produksi susu berkurang pada ternak domba betina sehabis melahirkan. Penambahan
bobot badan mempengaruhi harga penjualan saat domba akan dipanen atau dijual.
Harga yang diberikan tergantung besar kecilnya ternak. Untuk program kawin,
domba di peternakan bapak Istiadi masih menggunakan metode kawin alami. Untuk
kesehatan, penyakit yang pernah dialami ternak domba di peternakan ini adalah
kembung dan diare, namun penanganan yang diberikan belum baik. Ternak yang
terkena penyakit langsung disembelih tidak dilakukan penanganan dengan
pemberian obat terlebih dahulu.
2.3.2. Kondisi
Peternakan Milik Bapak Subandi
Awal memiliki peternakan domba, bapak Subandi diberikan modal oleh negara.
Peternakan domba yang dimiliki bapak Subandi
berjumlah 150 ekor dengan 30 pejantan, 70 betina dan sisanya anakan. Jenis
peternakan milik bapak Subandi merupakan usaha pembibitan. Di peternakan milik
bapak Subandi ini kandangnya lebih terawat, ukuran kandang 8 x 20 m. Pakan yang
diberikan yaitu hijauan berupa rumput dan daun wortel. Metode perkawinan yang
digunakan juga masih menggunakan metode kawin alami. Penjualan yang dilakukan
tidak menentu, sesuai dengan permintaan saja. Namun, untuk usaha terbaru setiap
minggunya bapak Subandi memasok daging domba ke sebuah supermarket yang ada di
Semarang. Penyakit yang pernah dialami ternak sama dengan peternakan sebelumnya
yaitu kembung dan diare, tetapi sama belum ada penanganan yang baik untuk
mengatasi masalah penyakit tersebut. Ternak yang sakit langsung disembelih
tidak diobati terlebih dahulu.
2.3.3. Kondisi Peternakan Milik Bapak Arifin
Peternakan domba yang dimiliki bapak Arifin sebanyak 25 ekor dengan 10 pejantan
dan 15 betina. Jenis peternakan yang dimiliki yaitu pembibitan. Perawatan
ternak domba yang diberikan bapak Arifin sudah cukup baik. Pakan yang diberikan
juga sama dengan sebelumnya yaitu hanya diberikan hijauan berupa rumput dan
daun wortel. Model perkawinan yang dilakukan juga masih sama dengan menggunakan
metode kawin alami. Penyakit yang pernah dialami ternak yaitu diare namun
penanganan yang dilakukan juga sama dengan cara langsung menyembelih ternak
tanpa memberikan obat terlebih dahulu.
2.3.4. Kondisi
Peternakan Milik Bapak Mulasin
Peternakan domba milik bapak Mulasin memiliki jumlah ternak sebanyak 50
ekor dengan 20 pejantan dan 30 betina. Metode perkawinan yang dilakukan masih
sama yaitu dengan cara kawin alami belum ada yang menggunakan inseminasi
buatan. Pakan yang diberikan yaitu hijauan berupa rumput dan daun wortel. Perawatan
utnuk ternak yang dimiliki sudah cukup baik dengan memberikan pakan dan minum
tepat waktu. Penjualan yang dilakukan tidak menentu hanya saat ada pesanan
saja. Penjualan terbanyak terjadi saat hari raya besar dengan permintaan cukup
banyak dari biasanya. Penyakit yang dialami juga sama yaitu kembung dan diare
dengan penanganan langsung disembelih tanpa diberikan obata atau penanganan
lain terlebih dahulu.
2.3.5. Kondisi
Peternakan Milik Bapak Sugiono
Awal memiliki peternakan domba modal usaha yang
didapatkan yaitu berupa peminjaman uang dari bank. Jumlah ternak domba yang
dimiliki sekarang sebanyak 64 ekor dengan 17 pejantan dan sisanya betina. Model
perkawinan yang dilakukan juga masih sama yaitu dengan metode kawin alami.
Pakan yang diberikan yaitu hijauan berupa rumput dan daun wortel. Pemberian
paka dilakukan satu hari dua kali yaitu pagi dan sore hari. Minum yang
diberikan secara ad libitum dan
didapatkan dari sumber air sekitar desa. Penyakit yang pernah dialami adalah mencret.
Penanganan penyakit juga sama belum ada tindakan yang baik, tindakan yang
dilakukan saat ternak sakit langsung disembelih tanpa diberikan obat atau
penanganan lain.
2.4. Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam yang ada disekitar peternakan yaitu banyaknya
kebun sayur dan buah-buhan yang memiliki hasil samping berupa limbah pertanian
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dusun Mendongan memliki banyak
lahan kosong yang ditumbuhi rumput sehingga pencarian pakan tidak sulit. Untuk
kebutuhan pakan hijauan dan limbah pertanian tidak sulit dicari diskitar dusun
Mendongan ini karena ketersediaannya yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternak. Ketersediaan air juga banyak karena adanya sumber air di dekat
peternakan sehingga memudahkan peternak untuk memberikan minum kepada ternak
secara ad libitum.
BAB
III
PERUMUSAN
MASALAH
3.1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
observasi yang dilakukan dengan wawancara yang dilakukan kepada peternak secara
langsung dengan dibantu pengisian kuisioner, didapatkan berbagai masalah
diantaranya ternak sakit biasanya tidak di obati
lebih lanjut karena keterbatasan ilmu untuk menanganinya. Penyakit yang
biasanya menyerang ternak domba di dusun tersebut yaitu diare dan kembung.
Penanganan awal yang yang dilakukan peternak dengan menggunakan obat tetapi
jika dalam beberapa hari ternak tidak sembuh maka ternak akan di sembelih.
Masalah kedua yaitu tidak adanya modal yang cukup untuk memajukan suatu
peternakan yang besar, bantuan dari pemerintah belum sampai kepada dusun
Mendongan. Masalah ketiga yaitu peternak di dusun Mendongan tidak mengetahui
tentang insiminasi buatan, selama ini peternak hanya mengandalkan kawin alami,
sehingga peternak perlu memelihara ternak jantan. Sehingga penulis
menentukan tema mengenai penanganan penyakit dan pengenalan insiminasi buatan
terhadap tenak kepada peternak dusun Mendongan.
3.2. Penetapan Masalah
Berdasarkan
masalah yang dihadapi, peternak kurang
memiliki pengetahuan yang banyak tentang kesehatan hewan salah satunya
penanganan awal penyakit yang diderita ternak. Penyakit
yang menyerang ini biasanya karena pengaruh pemberian pakan. Cara yang
dilakukan peternak agar menghindari ternak terserang diare dan kembung yaitu
dengan melayukan hijauan yang akan di berikan kepada ternak, sehingga kadar air
yang terkandung tidak setinggi jika hiauan tersebut diberikan secara segar
kepada ternak. Kembung perut terjadi akibat pembentukan gas dalam lambung
secara berlebihan dan dalam waktu yang cepat, tetapi gagal dikeuarkan dalam
rumen (Subronto, 1985). Gejala dari kembung yaitu hewan gelisah karena sakit,
sulit bernafas, sisi tubuh bagian kiri membesar menonjol ke luar dan ke atas.
Diare merupakan pertanda terjadinya gangguan pada saluran pencernaan. Gejala
pada penyakit diare yaitu ternak menjadi sangat lemah dan feses menjadi
berwarna hijau
Masalah
lain yaitu tentang inseminasi buatan, ternak domba
mempunyai peranan sangat penting dalam menyediakan daging dan meningkatkan
pendapatan peternak, sehingga populasi dan produksinya perlu diperhatikan,
dengan cara meningkatkan keberhasilan kebuntingan dan memperpendek interval
kelahiran. Salah satu indikator performans reproduksi ternak betina adalah
keberhasilan kebuntingan, yang erat kaitannya dengan metode perkawinan.
Peternak yang masih menggunakan cara dengan perkawinan secara alami ini
menghasilkan kebuntingan yang rendah karena penanganan ternak-ternak yang
dikawinkan atau pejantan yang ada pada kelompok betina tersebut tidak seimbang.
Maka dari itu penerapan inseminasi buatan merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan daya guna pejantan, karena dalam satu kali ejakulasi dapat
mengawini ternak betina dalam jumlah banyak (Lubis, 1992). Perkawinan dengan
inseminasi buatan dapat meningkatkan keberhasilan kebuntingan, karena
inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi reproduksi dalam pengembangan
ternak yang dapat memberikan gambaran bahwa penggunaan pejantan dapat lebih
efisien dan lebih efektif (Toelihere, 2003). Peningkatan produksi ternak
melalui teknologi inseminasi buatan sangat cepat, hal ini disebabkan karena
dalam pelaksanaan inseminasi buatan selain inseminator mempunyai keterampilan
baik dalam menginseminasi, juga ternak betina yang diinseminasi benar-benar
dalam keadaan estrus dan siap untuk menerima sperma.
BAB
IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1. Materi Penyuluhan
Materi yang dapat digunakan untuk
menangani masalah yang dihadapi peternak domba di Dusun Mendongan mengenai
keterbatasan jumlah domba namun tingginya permintaan konsumen adalah dengan
melakukan penyuluhan dengan pemberian materi tentang tata laksana mengenai
inseminasi buatan, sehingga tingkat kelahiran akan meningkat serta dapat
meningkatkan daya guna pejantan, karena dalam satu kali ejakulasi dapat
mengawini ternak betina dalam jumlah banyak. Dalam penyampaian materi
penyuluhan mengenai inovasi teknologi ini diharapkan dapat membuat sasaran
dapat melakukan perubahan yang ingin peternak lakukan. Sehingga diharapkan
bahwa materi penyuluhan yang diberikan akan berpengaruh pada sikap sasaran
terhadap materi yang sedang disuluhkan, yang berisi tentang pengenalan teknologi baru, karena
diharapkan peternak mau untuk menerima dan mau untuk melakukan adopsi teknologi
baru tersebut (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
Materi Penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku
utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi,
teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi hukum dan kelestarian lingkungan
(PERMENTAN, 2009).
4.2. Metode Penyuluhan
Metode yang
dapat dilakukan untuk penyampaian materi penyuluhan adalah dengan metode
demonstrasi dan diskusi kelompok. Pemilihan diskusi kelompok sebagai metode
penyuluhan dikarenakan diskusi membahas
satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-masing anggota kelompok
mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat dengan jumlah
anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5-20 orang (Mardiningsih,
2009). Pemilihan metode diskusi kelompok ini
dipilih karena memudahkan anggota untuk berinteraksi dan memudahkan penyuluh
untuk mengkoordinasi jalannya diskusi, interaksi antarpeternak ini sangatlah
penting untuk menentukan penerapan suatu inovasi berupa inseminasi buatan dan
perubahan sikap kelompok. Diskusi membantu peternak agar sadar akan timbulnya
perasaan yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan membantu anggota laimya
dalam pemecahan masalah dan mempengaruhi perilaku peserta kelompok (Van Den Ban
dan Hawkins, 1999). Metode kelompok ini akan lebih akan berpengaruh pada
sasaran apabila disampaikan dalam bentuk kombinasi, yaitu selain menggunakan
metode penyuluhan dengan diskusi, digunakan pula metode penyuluhan dengan
demonstrasi. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan secara nyata tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi
pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi peternak (Mardiningsih, 2009).
Demonstrasi mempunyai keuntungan karena peternak dapat melihat sendiri
penerapan suatu metide dan mengetahui keuntungan dan kekurangan suatu inovasi.
Peternak cenderung mengubah perilaku sesuai dengan yang disuluhkan jika mereka
berkesempatan mendiskusikan yang mereka amati dengan demontrasi bersama anggota
lain dari kelompoknya dan dengan penyuluh.
4.3. Media
Penyuluhan
Media yang dipilh adalah media cetak
berupa leaflet. Leaflet merupakan media cetakan yang berupa lembaran kertas
cetak yang dapat dilipat menjadi 2 halaman atau lebih, berisi tentang
penyampaian informasi yang jelas karena media ini mampu menguasai ruang dan
waktu sehingga dapat dibaca dimana saja dan kapanpun (BKKBN, 2012). Adapun
sifatnya dari media leaflet yaitu dapat dibaca ulang lagi dirumah untuk
mengingatkan kembali tentang materi-materi yang telah diberikan selama
penyuluhan berlangsung (Suiraoka et al.,
2010).
4.4. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan
sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan adalah dengan memberikan pretest yaitu
dengan memberikan pertanyaan sebelum terlaksananya penyuluhan dan postest yaitu
dengan memberikan pertanyaan yang dilakukan sesudah dilakukannya penyuluhan
agar keberhasilan dari sebuah penyuluhan yang dilakukan dapat diketahui. Tujuan
dari evaluasi ini adalah agar dapat diketahui hal-hal yang telah dicapai,
apakah suatu program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan
(Mardiningsih, 2009). Berdasarkan hasil evaluasi itu kemudian diambil
keputusan, apakah suatu program akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan
diganti sama sekali. Menggunakan desain “pre-then-post
evaluation” untuk mengidentifikasi perubahan perilaku sasaran dapat memberikan bukti
yang cukup mengenai dampak dari sebuah program dan akan sangat membantu para penyuluh
untuk mengetahui bagaimana efek perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
program penyuluhan pertanian dalam kehidupan masyarakat (Setiana, 2005).
4.4.1. Pretest
1. Berapa
jumlah populasi ternak yang dimiliki (jantan & betina)?
2. Bagaimana
potensi peternakan disini?
3. Apa
saja fasilitas yang ada di desa ini untuk pemenuhan kebutuhan ternak?
4. Sistem
perkawinan apa yang dilakukan terhadap ternak?
5. Berapa
lama jangka waktu dari ternak tersebut dikawinkan sampai bunting?
4.4.2. Postest
1. Apa
yang bapak ketahui mengenai inseminasi buatan?
2. Bagaimanakah
cara inseminasi buatan dilakukan?
3. Berapa
lama jangka waktu dari ternak tersebut setelah dilakukannya inseminasi buatan sampai ternak
tersebut bunting?
4. Apa
keunggulan dari sisitem perkawinan dengan inseminasi buatan?
4.4.3.
Pelaksanaan
Program Penyuluhan
Materi penyuluhan yang digunakan penyuluh dalam melakukan
penyuluhan adalah pencegahan penyakit diare pada ternak dan insemniasi buatan.
Metode penyuluhan yang digunakan adalah obesrvasi pertama (pretest) dilakukan sebelum dilakukannya pemberian materi yang
terkait. Observasi kedua (posttest)
untuk variabel pengetahuan dan sikap yang dilakukan setelah pemberian materi
yang terkait. Media yang digunakan yaitu berupa leaflet untuk menarik peserta
penyuluh agar dapat membaca kembali materi yang disampaikan dirumah atau dimana
saja sehingga pemberian materi yang diberikan saat pertemuan dapat diulang
kembali dan dapat dipraktekkan sesuai yang telah diberikan. Pelaksanaan program
penyuluhan dilaksanakan di Dusun Mendongan, Desa Sumowono, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang pada Bulan November 2013. Pelaksanaan program ini dilakukan
oleh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang. Evaluasi dari pelaksanaan program penyuluhuan ini yaitu
perlu diadakan penyuluhan yang berkelanjutan mengenai penanganan diare dan
inseminasi buatan kepada peserta penyuluhan secara bergantian dengan memulai
pada satu materi kemudian dilanjutkan materi kedua setelah peserta lebih
mengerti dan menguasai materi pertama.
4.5.
Naskah
Materi Penyuluhan
Judul: “Penanganan Pertama Saat Terjadi Penyakit
Diare dan Pengetahuan Tentang Inseminasi
Buatan”
Materi
yang disampaikan:
1.
Penanganan pertama saat
ternak terkena diare
2.
Pengetahuan inseminasi
buatan

SIMPULAN
5.1. Simpulan
Penyuluhan yang dilakukan kepada peternak domba di
Dusun Mendongan ini adalah pemberian materi penyuluhan mengenai inseminasi
buatan dengan metode siskusi kelompok dan juga demonstrasi sehingga peternak
dapat saling berinteraksi serta dapat langsung dapat
langsung melihat sendiri penerapan metode inseminasi buatan dan mengetahui
keuntungan dan kekurangannya. Masalah yang terjadi di Dusun Mendongan timbul
karena kurangnya pengetahuan tentang sistem perkawinan ternak yang efisien
namun dengan hasil produksi yang jauh lebih tinggi sehingga akan lebih mudah
memenuhi permintaan konsumen yang tinggi. Media penyuluhan yang digunakan
dengan menggunakan pamphlet sehingga lebih efektif,
murah, dapat ditempel di tempat yang strategis dan dapat disimpan apabila
dibutuhkan kembali sewaktu-waktu oleh peternak.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. 2012. Direktorat Bina Ketahanan Remaja, Jakarta.
Lubis,
M.A., 1992. Bioteknologi Reproduksi Peternakan Dalam Menunjang Perbaikan
Mutu Genetik Ternak di Indonesia. Buletin Peternakan Edisi Khusus. BPPT.
Jakarta
Mardiningsih,
D. 2009. Efektivitas Penyuluhan Dengan Metode Komunikasi Langsung Dalam Usaha
Meningkatkan Pengetahuan Peternak. Hal 52-57.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 25/Permentan/OT.140/5/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian.
Subronto.
1985. Ilmu penyakit ternak. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Suiraoka,
I.P., G.A. Dewi Kusumayanti dan I.W. Juniarsana. 2010. Penyuluhan Gizi dengan
Media Leaflet Kadarzi dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi Ibu Balita. Jurusan Gizi
Poltekkes, Denpasar.
Toelihere, 1993. Inseminasi
Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Van Den Ban, A, W., dan H.S. Hawkins.
1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
LAMPIRAN
Tabel pendidikan
No.
|
Nama
|
Umur
|
Pendidikan
|
Jumlah
Ternak
|
Masalah
|
1.
|
Istiadi
|
48
tahun
|
SD
|
30
ekor
|
Penanganan
saat terkena diare dan kembung
|
2.
|
Subandi
|
37
tahun
|
Sarjana
|
150
ekor
|
Penanganan
saat terkena diare dan kembung
|
3.
|
Arifin
|
45
tahun
|
SMP
|
25
ekor
|
Penanganan
saat terkena diare
|
4.
|
Mulasin
|
50
tahun
|
SD
|
50
ekor
|
Penanganan
saat terkena diare dan kembung
|
5.
|
Sugiono
|
42
tahun
|
SD
|
64
ekor
|
Penanganan
saat terkena diare dan kembung
|
Sumber: Data Primer Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi,
2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar